Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Papua atau Pokja AMPL menggelar rapat koordinasi program pembangunan sarana air bersih dan sanitasi untuk menjaga ketersediaan air.
Rapat yang digelar di salah satu kafe di Ruko Dok 2 Jayapura, Jumat (16/10/2020), membahas tentang program lintas sektor untuk menyingkronkan rencana kegiatan yang dilakukan, seperti Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Papua.
Selain membicarakan program dan kegiatan, Pokja AMPL Papua juga membahas tentang pembinaan kepada Pokja AMPL tingkat kota/kabupaten terkait pelayanan dasar seperti air bersih, sanitasi, perumahan, pendidikan dasar, kesehatan, yang wajib dipenuhi oleh pemerintah daerah.
“Melalui rapat koordinasi ini nantinya dibawa ke Musrembang tingkat propinsi untuk diakomodir SKPD teknis sesuai tugas dan fungsinya,” ujar anggota Pokja AMPL Papua, Parulian.
Menurut Parulian, ketersediaan air bersih khususnya di Kota Jayapura mulai terjadi kelangkaan seiring terjadi penurunan debit pada intek atau sumber air, dan maraknya penebangan pohon di hutan (menyimpan cadangan air) secara liar untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan dan pemukiman.
“Kita perlu rapatkan barisan baik pemerintah dan seluruh stake holder di luar pemerintah agar isu kelangkaan air bersih bisa kita atasi,” ujar Parulian.
Baca juga: Pembangunan sarana air bersih dan sanitasi untuk ketersediaan
Parulian berharap, masyarakat ikut menjaga ketersediaan air dengan menghemat penggunaan air, menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, tidak sembarangan membuang bahan-bahan kimia, mendaur ulang bahan bekas, mencegah penebangan pohon liar, menghijaukan hutan, tidak membuang limbah pabrik ke dalam sungai.
“Karena ada warga kita yang sulit mendapatkan air. Bahkan, ada yang sampai mengeluarkan uang untuk membeli air hingga jutaan rupiah dalam sebulan,” ujar Parulian yang juga menjadi staf Sosial Budaya di Bappeda Papua.
Direktur Utama PDAM Jayapura, Entis Sutisna, mengatakan kapasitas terpasang dari intek atau sumber air 895 liter per detik. Penurunan kapasitas sebanyak 50 persen dioperasikan. Ada dua intek yang tidak bisa dioperasikan yaitu di intek Suborhonyi dan Bhayangkara.
“Belum ada pembangunan SPAM selama 20 tahun terakhir. Penambahan kapasitas yang menjadi prioritas. Kami juga membutuhkan lima reservoar baru karena menyulitkan kami dalam pemerataan penyaluran air. Area sumber air PDAM mengalami pendangkalan karena sedimentasi dan bangunan rusak,” ujar Entis.
Lanjut Entis, belum lagi angka kehilangan air mencapai 39 persen pada 2020, pelayanan tidak optimal atau hanya 76 persen (selama 17 jam pelayanan) kepada 34 ribu pelanggan air bersih yang ditangani PDAM Jayapura.
“Saya berharap dukungan warga dengan melapor ke kami bila melihat kebocoran pipa, karena pipa yang bocor banyak air yang terbuang terutama saat pengelolaan air menjadi air bersih. Kami optimis bisa melakukan pelayanan secara prima,” ujar Entis. (*)
Editor: Kristianto Galuwo