Nabire, Jubi – Pedagang yang berjualan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pantai Nabire berdiskusi dan menyepakati 11 hal yang akan di sampaikan kepada pihak pengelola areal, yakni Pengelolaan Pajak dan Pendapatan Daerah (BPPRD) Nabire.
Diskusi ini, sifatnya mengusulkan beberapa permintaan kepada pihak pengelola karena dinilai belum pas pengelolaannya. Diskusi menghadirkan komunitas Kopena sebagai pihak yang selama ini sering membersihkan areal RTH dan Suku wate sebagai pemilik hak ulayat di Nabire.
“Berdasarkan kesepakatan kawan – kawan dengan melihat pengelolaan areal yang belum pas, maka kami akan sampaikan hasil ini kepada pihak pengelola atau pemerintah dalam hal ini BPPRD,” ujar Candra, koordinator pedagang di areal tersebut. Usai diskusi pada senin, (11/2/2019).
Menurut Candra, salah satu poin diskusi adalah nama Pedagang Kaki Lima (PKL) disepakati akan diganti dengan Paguyuban Pengusaha Pantai Nabire (PPPN). Sementara 10 lainnya tidak ingin di sampaikan melalui media, nantinya di saat pertemuan dengan pihak pengelola.
“Dari 11 poin itu nanti akan kami sampaikan langsung ke sana, jangan sekarang. Dan hasil ini akan kami antar ke sana sebab mereka sedang menunggu untuk di bahas bersama, nantinya,” katanya.
Dia meminta kepada seluruh kawan – kawannya, untuk selalu bekerja sama, terutama dalam membersihkan areal RTH. Karena menurutnya, kerja bakti adalah bentuk dari ibadah. Sementara tujuan membersihkan adalah agar pengunjung merasa nyaman dan terus berdatangan.
“Kita butuh kerja sama, kalau tempat bersih, pengunjung nyaman maka pasti dagangan kita laku. Mari kita saling mendukung dalam hal ini,” harapnya.
Sekretaris Suku Wate Kampung Oyehe (Nabire kota), Kurios Duwiri, mendukung langkah pengusaha dalam mengambil keputusan untuk ikut membersihkan areal tersebut.
Menurutnya, salah satu poin dalam musyawarah adat Suku Wate beberapa waktu lalu adalah bersama – sama menjaga kebersihan di Kota Nabire.
“Jadi bagaimana kalau agar orang merasa nyaman di Nabire adalah tanggung jawab suku Wate dan keenam suku yang ada di pesisir bahkan semua orang yang ada di Nabire, artinya ini tanggung jawab kita bersama,” tandasnya.
Duwiri mengapresiasi para pedagang dan komunitas dalam upaya untuk membersihkan areal ini atas kepeduliannya. “Saya apresiasi, bagi saya, kita tidak perlu punya ijazah, tidak perlu pintar untuk peduli, tetapi cukup punya hati dan keinginan untuk melaksanakannya,” ujar dia.
Ketua Kopena, Irfan Kintami menambahkan, kepedulian komunitasnya terhadap Nabire karena kota ini bukan hanya sekedar tempat tinggal. Akan tetapi tempat di mana orang – orang mencari makan. Sehingga siapapun perlu memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya.
“Kita perlu jaga, rawat termasuk kebersihan sebab pantai Nabire ini adalah satu ikon kota,” katanya.(*)
Editor: Syam Terrajana