Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Sebulan pasca banjir memporakporandakan Pasar Youtefa, Kota Jayapura, Papua para pedagang korban banjir saling bahu-membahu menimbun jalan dengan karang dan membangun kembali lapak yang rusak.

Sebagian pedagang di Pasar Youtefa perlahan mulai kembali berjualan meski masih ada bekas-bekas sampah sisa banjir menumpuk di beberapa sisi pasar.

Akan tetapi untuk bisa kembali berjualan tidak sedikit modal yang harus mereka keluarkan. Ada yang mengeluarkan modal sendiridan ada pula yang harus berani berutang hingga puluhan juta untuk bisa kembali berjualan. “Saya berjualan ini dari pinjaman modal,” kata Hazanah.

Perempuan 32 tahun itu sehari-hari berjualan sepatu di Pasar Youtefa. Ia tidak sempat menyelamatkan barang dagangannya saat terjadi banjir 6 Januari 2022.

BACA JUGA: Warga Jayapura berburu pakaian bekas banjir di Pasar Youtefa

“Tidak bisa ke sini karena banjir sudah tinggi. Saya dengar banjir itu jam setengah satu malam,” ujarnya.

Hazanah pun harus mengikhlaskan semua sepatu jualannya terendam banjir. Ia mengaku harus mengobral sepatu dengan harga murah agar bisa menambah modal untuk membeli stok baru.

“Kita obral dengan Rp20 ribu dari harga Rp100 ribu. Rugi, tapi biar sudah yang penting ada tambahan uang untuk modal,” katanya.

Kini Hazanah mulai kembali berjualan lagi. Ia harus mengeluarkan modal awal sebesar Rp43 juta demi melanjutkan sumber ekonomi untuk hidup dengan berjualan sepatu.

“Segitu modal yang saya keluarkan, tapi itu saya pinjam, baru nanti cicil sedikit-sedikit tiap bulan,” ujarnya.

Namun Hazanah mengaku saat ini pembeli masih sepi. Ia memperkirakan penyebab sepi karena pembeli sudah banyak yang berbelanja barang obralan terendam banjir.

“Pembeli belum stabil, terkadang sehari tidak ada pelanggan sama sekali. Ini baru dua pembeli hari ini. Sepi sekali, kita pedagang begini tidak ada pelanggan tetap,” katanya.

Pedagang lainnya, Patima juga mengalami nasib serupa. Ia harus kehilangan lapak dan barang jualan ketika banjir. “Banjir paling parah sudah kali ini. Ini lapak hancur. Saya bangun kembali, atap tahan pakai terpal,” katanya.

Pria 65 tahun ini harus kembali mengeluarkan modal untuk berdagang. Patima merogoh tambahan modal hingga Rp10 juta. “Jualan ini semua barang baru,” ujarnya.

Sehari-hari Patima berjualan bawang, cabe, tomat, kentang, dan bumbu dapur lainnya. Ia juga mengaku saat ini pelanggan masih sangat sepi. “Sebelum banjir saya bisa dapat Rp1,5 juta. Sekarang sehari hanya Rp300 ribu,” katanya.

Nurhasim, pedagang pakaian juga mengeluarkan modal tambahan untuk membeli stok pakaian baru. Pria 26 tahun tersebut mengeluarkan tambahan modal Rp4 juta. “Segitu saja modal yang saya pakai beli pakaian baru lagi,” ujarnya.

Nurhasim sedikit beruntung, sebab tidak semua dagangannya terendam banjir. Saat hujan ia sempat datang ke pasar menyelamatkan dagangannya.

“Celana-celana panjang yang banyak terendam. Hujan saya langsung ke pasar, jadi pakaian lain saya sudah angkat pindahkan ke atas plafon,” ujarnya.

Kini Nurhasim bersama pedagang lainnya  kembali berjuang. Pasca banjir besar hingga sekarang pembeli di Pasar Youtefa masih belum normal. Ini juga berdampak menurunnya pendapatan mereka.

“Pemasukan berkurang, biasa dapat Rp500 ribu sampai Rp1 juta satu hari. Sekarang malah turun sampai Rp300 ribu sehari,” katanya.

Ia menduga pembeli yang sepi karena kondisi pasar yang masih bau dan tumpukan penuhi di beberapa lokasi di dalam Pasar Youtefa. Ia berharap Pemerintah Kota Jayapura melalui Dinas Kebersihan bisa segara mengangkat sisa-sisa sampah tersebut.

“Sampah yang menumpuk itu yang membuat banyak orang tidak mau singgah untuk belanja,” ujarnya.(*)

Editor: Syofiardi

Leave a Reply