Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sebanyak 805 liter per detik untuk kapasitas air bersih terpasang di Kota Jayapura, namun sekarang ini produksi air hanya 50 persen dari kapasitas yang ada.
“Sekarang kami hanya bisa manfaatkan 400 liter per detik untuk memenuhi 420 ribu lebih masyarakat Kota Jayapura. Dengan penurunan ini tentu berdampak pada terjadinya penurunan distribusi air, jam pelayanan kami berkurang, dan waktu proses distribusi bertambah,” ujar Direktur Utama PDAM Jayapura, Entis Sutisna di Kantor Wali Kota Jayapura, Sabtu (14/12/19).
Dikatakan Entis, ada beberapa wilayah terjadi penurunan air, yaitu di wilayah Angkasa karena intek Anafri sangat terbatas mendistribusikan air, dulunya berkapasitas 70 liter per detik sekarang hanya ada 20 liter per detik.
“Ini yang menyebabkan masyarakat di sekitar Angkasa dan Pasir II dapat air digilir, tidak bisa lagi setiap hari,” ujar Entis.
Selain di Angkasa, lanjut Entis, hal serupa juga terjadi di wilayah Bhayangkara, bahkan ini diakui yang paling kritis, yaitu hanya tersisa tiga liter per detik dari kapasitas normalnya 15 liter per detik sehingga masyarakat sekitar Bhayangkara dan Dok II Bawah kesulitan mendapatkan air bersih.
“Di wilayah Entrop juga sama, terjadi penurunan debit air. Di Kampwolker yang biasanya bisa mendistribusikan air 80 liter per detik, sekarang hanya bisa mendistribusikan 40 liter per detik,” ujar Entis.
Lanjut Entis, bahkan intek Borgonyi yang biasanya melayani perumahan Megapura di Skyline, kampung Buton, Tanah Hitam, Abepantai hingga Puskopat Bawah juga belum bisa dimanfaatkan, termaksud untuk kebutuhan masyarakat di Kampung Tobati dan Kampung Enggros.
Namun, diakui Entis, satu hal yang menjadi fenomena saat ini, biasanya November selalu turun hujan tapi sampai Desember minggu pertama terjadi penurunan signifikan curah hujan, sehingga beberapa wilayah pelayanan PDAM Jayapura tidak optimal akibat dari turunnya debit air.
Menurut Entis, ketergantungan terhadap alam cukup tinggi untuk tersedianya air, namun PDAM mencoba dengan melakukan alternatif dengan penambahan kapasitas produksi, yaitu melakukan perbaikan terhadap intek air yang ada sehingga memaksimalkan potensi kapasitas air dengan memanfaatkan sumber air yang masih normal.
Dikatakan Entis, upaya yang dilakukan PDAM Jayapura agar terus menjaga pendistribusian air bersih di wilayah Kota Jayapura, yaitu dengan melibatkan 24 orang tenaga pengatur keran air untuk lebih mengawasi dan membagi air secara teratur. Jumlah distribusi air ke pelanggan rata-rata 17 jam per hari dinilai belum optimal bagi warga yang membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.
Secara umum, lanjut Entis, untuk wilayah Kota Jayapura hanya ada satu intek atau sumber air yang memiliki kapasitas sumber air normal, yaitu intek Koyabu di Perumnas III, yang melayani masyarakat di wilayah Kotaraja, Jayapura Selatan, dan Jayapura Utara.
“Intek Koyabu masih ada kapasitas air yang bisa dimanfaatkan antara 220 hingga 250 liter per detik. Kami mohon maaf kepada masyarakat Kota Jayapura terkait kondisi pelayanan kami tapi ini murni faktor alam. Sekali lagi ini faktor alam, yang memang bertul-betul di luar prediksi kami. Harusnya November hingga Desember debit air normal,” jelas Entis.
Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru mengatakan seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka hutan mulai terkikis habis untuk permukiman dan perkebunan, akibatnya bila musim hujan yang terjadi adalah banjir.
“Perlu dilakukan reboisasi (penanaman pohon kembali). Terkikisnya hutan, di antaranya daerah penyangga kawasan Cycloop berdampak pada ketersediaan air bersih dan kehidupan di hutan terganggu karena hutan mulai gundul. Saya berharap masyarakat melakukan penghematan air. Apabila bak air sudah penuh jangan dibiarkan terus mengalir agar bisa teraliri lagi kepada yang lain,” jelas Rustan. (*)
Editor: Kristianto Galuwo