Para pengusaha muda Papua yang menginspirasi

Paideia Gratia Sumihe saat memperlihatkan produk gel perawatan rambut keriting buatannya. - Jubi/Ramah
Paideia Gratia Sumihe saat memperlihatkan produk gel perawatan rambut keriting buatannya. – Jubi/Ramah

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Paideia Gratia Sumihe pemilik usaha Gracy Curls, memiliki satu motivasi ingin menjadi perempuan yang menginspirasi kaum muda di Papua, khususnya di Kota Jayapura agar menjadi pengusaha muda.

Read More

Hal ini diungkapkan Sumihe saat mengikuti acara kelulusan apresiasi kesuksesan bisnis pengusaha muda Jayapura, dalam program Pendidikan Kewirausahaan Kaum Muda di Kantor Wali Kota Jayapura, Rabu (19/2/2020).

“Saya ingin menjadi pionir agar produk rambut keriting ini bisa diakses secara mudah oleh teman-teman yang berambut keriting,” ujar Sumihe.

Menurut Sumihe, rambut adalah mahkota bagi seorang perempuan dan laki-laki khususnya yang berambut keriting, namun untuk produk perawatannya sangat susah dijumpai, yang ada hanya produk rambut lurus.

Lulusan Sastra Inggris ini mensyukuri anugerah rambut keritingnya, namun di saat yang bersamaan, Sumihe mengaku bingung dalam merawat rambutnya karena produk khusus rambut keriting sangat jarang ditemukan.

Sumihe pun memutuskan rutin melakukan rebonding sejak SMA dan ternyata proses tersebut lama kelamaan merusak rambutnya. Seiring berjalannya waktu, kekecewaaan Sumihe memicunya untuk melakukan berbagai inovasi agar ia dan perempuan lainnya bisa mendapatkan perawatan rambut keriting secara alami.

Iseng-iseng mencoba, diceritakan Sumihe, ia berhasil membuat gel rambut dari bahan dasar aloe vera yang menjadikan rambut keritingnya lebih terdefinisikan sehingga lebih halus, mudah diatur, dan tampak indah.

Pada Mei 2019, ketika Sumihe mengikuti program Pendidikan Kewirausahaan Kaum Muda, ia memberanikan diri untuk mulai berbisnis dan produknya pun menjadi incaran banyak perempuan di wilayah Papua.

“Pendapatan per bulan pokoknya jutaan. Tidak bisa sebutkan secara pasti. Produknya ada gel dan minyak rambut keriting. Bahan natural seperti aloe vera dan virgin coconut oil. Botolnya saya datangkan dari luar. Harga per botol 60 ribu rupiah sampai 300 ribu rupiah. Satu botol buatnya cuma tiga jam saja dan bisa bertahan satu bulan,” jelas Sumihe.

Kini tantangan terbesar Sumihe adalah cara memasarkan produknya secara luas ke luar Jayapura, karena produknya homemade tanpa bahan kimia dan pengawet. Namun, hal ini tidak menghalangi langkah Sumihe untuk terus berinovasi, sembari perlahan mewujudkan impiannya membangun perusahaan kosmetik khusus rambut keriting.

“Sekarang saya ingin bekerja sama dengan brand kosmetik terkemuka tapi masih dalam tahap proses. Usaha ini baru berjalan satu-satu. Untuk generasi muda di Kota Jayapura jangan pernah takut, terus kembangkan potensi diri sehingga kita dapat satu hati membangun Kota Jayapura,” jelas Sumihe.

Senada dengan Sumihe, salah satu pengusaha muda Papua yang bergerak di bidang usaha kopi Papua, Yafet Steven Wetipo, mengaku ingin menjadi inspirasi bagi pemuda di Papua.

“Potensi alam banyak. Mari dikelola dengan baik untuk menolong orang lain,” ujar Wetipo.

Wetipo menceritakan, usahanya bermula dengan berjualan biji kopi green beans yang berasal dari wilayah kampungnya di Kabupaten Lanny Jaya.

Wetipo mencetuskan untuk mulai memproduksi kopi dalam kemasan dengan nama Higland Coffee. Ketika mengikuti program Kewirausahaan Kaum Muda, Wetipo kemudian mengubah namanya menjadi Hihgland Roastery sesuai dengan keunggulan dari produk kopinya, ditambah lagi ia adalah salah satu orang asli Papua yang bersertifikat roaster.

Kini Wetipo menjadi salah satu pemasok kopi kepercayaan di berbagai restoran dan cafe di wilayah Papua. Rata-rata hampir seluruh produknya menggunakan kopi Papua, yaitu kopi Arabica dari Yahukimo (Kurima dan Tangma), Wamena (Kurulu dan Wallo), Lanny Jaya (Tiom dan Pirime), Pegunungan Bintang (Kiwirok, Sabin, dan Vaneli) serta kopi Robusta di Kabupaten Kepulauan Yapen.

Tak hanya memasarkan kopinya, Wetipo juga memberikan timbal balik untuk mendukung pendidikan komunitas daerah-daerah tersebut. Wetipo rutin bekerja sama dengan rekan bisnisnya, Phondabee Cafe, dengan membuat kegiatan minum kopi yang ditukar dengan buku tulis.

Baginya, berbisnis tidak hanya untuk sekadar mendapatkan keuntungan, tetapi juga harus membawa dampak dan inspirasi positif bagi generasi muda lainnya, agar mereka tergerak memanfaatkan berbagai peluang yang ada di Tanah Papua.

“Omzet saya setiap bulan bisa mencapai 10 juta rupiah. Sebelum mengikuti program Pendidikan Kewirausahaan Muda, dalam sebulan bisa menjual 10 kilogram, setelah mengikuti program bisa menjual 50 sampai 100 kilogram,” jelas Wetipo. (*)

 

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply