Warga Kota Jayapura kesal, kesulitan angkutan umum

Sopir di Terminal Entrop Jayapura Papua
Kendaraan sopir angkot terparkir di terminal tipe A Entrop Jayapura - Jubi/Ramah

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Mama Sherly (37), seorang ibu rumah tangga warga Polimak 2, Kelurahan Ardipura, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua kesal di awal bulan Maret ini. Bukan karena belum terima jatah bulanan dari suaminya yang seorang ASN di Pemerintah Kota Jayapura.

Sherly kesal bercampur emosi sebab sudah 1,5 jam sejak pukul 06:00 pagi waktu Papua, dia menunggu taksi (angkutan umum) dari Polimak tujuan terminal Entrop, tapi tak ada satu pun angkot yang lewat.

Read More

Kitong (kita) tunggu taksi nih sudah berdiri hampir mau 2 jam di pinggir jalan baru trada juga (tidak ada) taksi satu pun yang lewat-lewat kah,” ucap Sherly dengan nada emosi saat berbincang dengan Jubi di terminal Mesran, Senin (1/3/2021).

“Ternyata tetangga satu kompleks lewat pake ojek trus bilang trada taksi yang narik (beroperasi). Mungkin sopir-sopir dorang (mereka) mau mogok lagi seperti kemarin (sepekan) lalu,” ujarnya.

Sherly yang hendak ke Pasar Sentral Hamadi berbelanja kebutuhan urusan rumah tangga. Namun, saking lama menunggu, dia terpaksa menyewa jasa ojek.

“Saya tidak biasa naik ojek kalau kemana-mana. Tetap naik taksi (angkutan umum) saja kalau mau pergi dari rumah,” ujar Sherly.

Baca juga: Sopir angkot mogok, minta jalur trayek dikembalikan seperti semula

Dikatakan Sherly, di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti ini, pemerintah di ibukota Provinsi Papua itu harus lebih jeli dan fokus mengatur angkutan umum. Di lain sisi, para sopir angkot dan pengusaha transportasi juga jangan asal main mogok saja.

“Masyarakat kecil yang rugi dan menderita kalau keadaan begini, trada taksi yang jalan (tidak ada angkot beroperasi), trus kitong mau pergi kemana-mana naik apa,” ujarnya gusar.

Menurut Sherly, dari mengutip omongan warga di kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini tersebut bahwa sopir taksi tidak mau ikut rute atau trayek baru yang dibuat pemerintah.

Dong (sopir) bilang rute langsung masuk terminal Mesran, tidak menguntungkan dari sisi pendapatan. Kami masyarakat biasa ini tra tau (tidak tahu) apa-apa. Kasihan juga sopir dorang pendapatan kurang. Pemerintah juga harus atur baik supaya tidak ada yang rugi, masyarakat juga mudah akses dan jangkau untuk naik taksi,” ujar Sherly.

Ade wartawan ko tulis eh. Sopir taksi kam stop mogok lagi. Kamu juga tra tertib patuhi protokol kesehatan saat ambil penumpang. Pemerintah Kota Jayapura lewat Dinas Perhubungan juga kalau mau atur rute atau trayek baru itu bikin baik dan menguntungkan kitong semua,” ujarnya.

Baca juga: IDI Papua minta angkutan umum disiplin terapkan protokol kesehatan

Sopir angkutan kota atau angkot jurusan Hamadi, Argapura, Entrop, Polimak, APO, di Kota Jayapura, Provinsi Papua, Burhan, mengatakan aksi mogok karena berubahnya jalur trayek.

“Para sopir menginginkan trayek seperti biasa, yaitu bisa masuk kota dan APO, tanpa harus antre di terminal Mesran,” ujar sopir taksi jurusan kota, Burhan.

Menurut Burhan, sejak berubahnya jalur trayek yang diberlakukan seminggu lalu, para sopir yang biasanya mengoperasikan mobil Carry ini, tidak bisa menaikan dan menurunkan penumpang di wilayah kota dan APO.

“Dari terminal Entrop putar di lingkaran Taman Imbi, dan langsung masuk terminal Mesran. Kalau ini diberlakukan, sebanyak 700 sopir jurusan kota tidak dapat apa-apa,” ujar Burhan.

Burhan mengaku tidak mempersoalkan pengoperasian terminal Mesran, hanya saja sopir jurusan kota idak mesti harus antre di dalam terminal Mesran.

“Masuk di terminal lama (antre), harus menunggu berjam-jam baru bisa keluar dari terminal. Kami tetap mogok bila jalur belum dikembalikan seperti semula,” ujar Burhan.

Burhan mengaku sangat menyayangkan pihak Pemerintah Kota Jayapura yang mengubah jalur trayek sebab tidak ada pemberitahuan dengan para sopir. Akibat pemberlakukan ini (perubahan jalur) berdampak pada penghasilan.

“Seharusnya dikoordinasikan dulu dengan para sopir, kan ada koordinator sopir. Kalau koordinator setuju (antre di terminal Mesran) maka kami tetap laksanakan. Selama satu minggu ini, rata-rata penghasilan kami Rp100 ribu, kalau jalur trayek seperti biasa, ada ongkos buat makan dan kami tabung ,” ujar Burhan.

Burhan menambahkan bila Pemerintah Kota Jayapura tidak merespons permintaan para sopir, maka aksi mogok tetap berlanjut sampai permintaan mereka disetujui.

“Itu keputusan semua sopir dan didukung dengan  semua koordinator. Intinya, jalur kami berjalan seperti biasa. Kalau mengenai kemacetan di APO itu, kan bisa ditertibkan sama petugas dari Dinas Perhubungan Kota Jayapura,” ujar Burhan. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply