Solomon Air isi bahan bakar di Bandara Frans Kaisiepo Biak

Papua-Bandara Frans Kaisiepo-Solomon Air
Pesawat milik pemerintah Solomon, Air Solomon, mendarat di Biak pada 31 Januari 2021 untuk mengisi bahan bakar minyak - Jubi/IST

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Maskapai penerbangan milik pemerintah Kepulauan Solomon pada 31 Januari 2021 mendarat di Bandara Frans Kaisiepo di Biak, Papua. Sebelumnya, pada September 2020, Solomon Air pernah menyinggahi Biak membawa puluhan tenaga kerja Indonesia dari Honiara, ibukota negara Kepulauan Solomon.

Maskapai penerbangan Solomon Air menyebutkan pesawat mereka singgah di Biak pada 31 Januari 2021 untuk mengisi bahan bakar di Bandara Internasional Frans Kaisiepo.

Read More

Maskapai penerbangan Solomon Air menyebutkan dengan persetujuan Pemerintah Kepulauan Solomon, Indonesia, dan Filipina pelayanan penerbangan berlangsung pada 26 September 2020 dari Honiara via Biak dan ke Manila. Pesawat Solomon Air terbang dengan nomor penerbangan IE 618.

Selanjutnya pesawat Solomon Air dengan nomor penerbangan IE 620 pada 28 September 2020 terbang ke Manila dari Honiara dan singgah atau transit di Bandara Frans Kaisiepo Biak.

Sebelumnya, ada penerbangan Solomon Air IE 619 pada 27 September 2020 terbang dari Manila ke Honiara juga singgah di Biak. Termasuk penerbangan dengan nomor IE 621 pada 29 September 2020 terbang dari Manila ke Honiara juga singgah di Biak.

Sekretaris Daerah Biak Numfor, Markus O. Masnembra, di Biak, mengatakan 63 pekerja Indonesia dari Kepulauan Salomon yang transit di Kabupaten Biak Numfor dan ditampung di Badan Diklat Ibdi Biak. Mereka kini sudah bisa kembali ke daerah asalnya.

Lebih lanjut kata Mansnembra, pada September 2020 lalu, para pekerja itu telah mendapat rekomendasi dari pemerintah melanjutkan perjalanan ke daerahnya setelah mereka menjalani pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan negatif virus Corona (Covid-19).

Pesawat carter dari Honiara itu menempuh waktu penerbangan selama tiga jam 36 menit untuk tiba di Biak. Indonesia melalui Bandara Frans Kaisepo Biak, menggunakan pesawat carter Solomon Air dari Honiara dengan waktu tempuh 3 jam 36 menit.

Pesawat Rusia

Papua-Bandara Frans Kaisiepo-pesawat Rusia
Jurnalis arsip.jubi.id menyaksikan langsung pendaratan pesawat Rusia di Biak – Jubi/Dok

Bandara Frans Kaisiepo juga pernah disinggahi oleh 110 personel militer Angkatan Udara Rusia ke Biak, pada 4-9 Desember 2017. Pantauan arsip.jubi.id saat itu di lapangan ada pesawat angkut jenis Illuyshin-26 saat itu tujuan mereka ke Biak untuk melakukan latihan navigasi dan berwisata.

Beberapa pesawat milik Rusia yang tiba di Biak waktu itu antara lain dua pesawat angkut berat Rusia jenis Ilyushin-76 dan juga dua pesawat bomber Tupolev-95. Kedua pesawat Llyushin 76 langsung terbang dari Ukraina melalui Singapura dan Manila, sedangkan pesawat bomber Tu 95 terbang dari Vladivostok.

Sebelumnya, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melalui laman resmi lapan.co.id pernah merencanakan adanya kerja sama dengan pihak Rusia untuk membangun peluncuran satelit dengan sistem peluncuran dari udara atau Air Launch Systems-ALS dengan memanfaatkan Bandara Frans Kaisiepo.

Rusia waktu itu menyampaikan bahwa sistem tersebut akan dipergunakan untuk pengoperasian pesawat Antonov Rusia AN-124-100AL Ruslan untuk misi peluncuran roket Polyot.

Pelaksana teknis dari kegiatan tersebut adalah pihak swasta dari Rusia dan Indonesia. Sedangkan pemerintah dari kedua negara akan bertindak sebagai regulator dan fasilitator.

KLM dan Garuda Indonesia

Papua-Bandara Mokmer
Perusahaan KLM Belanda semasa pemerintahan Nederlands Nieuw Guinea membuka penerbangan ke Amsterdam melalui Tokyo – Jubi/IST

Bandara Frans Kaisiepo sebelum dibangun untuk pangkalan udara militer Jepang semasa Perang Pasifik atau Perang Dunia Kedua. Namun pada 1944, tentara Sekutu berhasil mengalahkan Jepang dan menguasai lapangan terbang di Ambroben yang dulunya disebut Mokmer.

Selanjutnya tentara Australia menempati bandara Mokmer ini sebagai pangkalan utama mereka karena selama perang bersekutu dengan Amerika Serikat.

Pada 1947, pemerintah Nederlands Nieuw Guinea atau Belanda menamakan Bandara Ambroben ini dengan sebutan Bandara Mokmer. Sejak itu Belanda dan perusahaan Koninklijke Luchtvaart Maatschappi (KLM) membangun hotel yang dinamakan Hotel RIF sekarang Hotel Irian.

Pada 1959 penerbangan perdana maskapai penerbangan milik Belanda KLM membuka rute Biak ke Tokyo dan Amsterdam dengan pesawat jenis DC-8. Sebaliknya, pesawat milik Australia Quantas juga menyingahi Biak dalam penerbangan dari Sydney ke Honolulu dan Los Angeles.

Pada 1984 pemerintah Indonesia menggantikan nama Bandara Mokmer menjadi Bandara Frans Kaisiepo, mantan Gubernur Irian Jaya (Papua) periode 1964-1974, dan juga pahlawan nasional dari Papua.

Pada periode 1996-1998, menurut Humas Garuda, penerbangan milik Indonesia ini telah membuka rute Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles dengan pesawat berbadan lebar MD-11.

Bandara yang punya panjang runway setara 12.000 ft atau 3657 m ini –runway terpanjang di Papua- sebenarnya sanggup pula didarati oleh pesawat sebesar Boeing 747 seri 400.

Penerbangan ini akhirnya terhenti karena rute internasional melintasi Samudra Pasifik ini menurut Garuda Indonesia karena hantaman krisis ekonomi. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply