Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Peneliti ahli muda Balai Arkeologi Papua, Erlin Novita Djami, mengatakan sudah saatnya Situs Gunung Srobu masuk dalam kurikulum muatan lokal (mulok) sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal.
“Informasi budaya dari Srobu dimanfaatkan untuk membuatkan buku (kurikulum) mulok yang membuat anak-anak bisa mengenal kebudayaan dan memahaminya,” ujar Erlin di Kantor Wali Kota Jayapura, Kamis (2/9/2021).
Menurut Erlin, kurikulum mulok menjadi kewenangan pemerintah daerah (pemda) untuk menetapkan. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
“Kearifan lokasl dan keunikan budaya memungkinkan daerah mengembangkan kurikulum mulok bagi sekolah-sekolah di daerahnya,” ujar Erlin.
Erlin yang melakukan penelitian di Situs Gunung Srobu sejak 2014, mengatakan mulok diajarkan dengan tujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilam yang diperlukan untuk mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosia, budaya, dan spiritual di daerahnya.
Selain itu, lanjut Erlin, dapat melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan di daerahnya.
“Peserta didik dapat mempelajari di sekolah masing-masing, sekaligus datang langsung ke lokasi untuk berinteraksi dengan situs-situs budaya yang ada di Gunung Srobu,” ujar Erlin.
Erlin mengatakan dalam kurikulum mulok Situs Gunung Srobu salah satunya menjelaskan tentang proses pembuatan gerabah maupun arteafak budaya lainnya yang harus dimuat sehingga mudah dipahami dan inovatif.
“Intinya adalah belajar, praktek, dan melakukan kunjungan. Kalau menjadi destinasi pendidikan, Gunung Srobu tidak akan sepi sekaligus dapat meningkatkan perekonomian warga,” ujar Erlin.
Erlin berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura mendesain kurikulum mulok yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi. Selanjutnya melakukan analisis dan identifikasi terhadap usulan sekolah, melakukan perumusan kompetensi dasar, dan menentukan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar.
Baca juga: Badan Arkeologi Papua minta Gunung Srobu ditetapkan sebagai cagar budaya
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Mathias B. Mano, mengatakan terkait pemikiran itu masih harus dkoordinasikan lagi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura sehingga mulok itu menjadi bagian dari muatan pembelajaran atau mata pelajaran yang berdiri sendiri.
“Harus duduk bersama untuk membahas itu (mulok) sehingga pelaksanaanya benar-benar efektif. Materi pada kurikulum mulok ini diberikan agar generasi muda memiliki pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional yang menjadi ciri khas kearifan lokal Papua terutama di Kota Jayapura,” ujar Mano. (*)
Editor: Dewi Wulandari