Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Bau busuk menyengat tak hanya menganggu warga yang tepat berada di depan tumpukan sampah menggunung di bahu jalan baru Pasar Youtefa, Kota Jayapura-Papua, tapi juga pejalan kaki hingga pengendara yang ikut mencium baunya.
Warga mengaku resah dengan tumpukan sampah yang tidak jauh dari Pasar Youtefa itu. Mereka mengaku resah akan keberadaan sampah tersebut, terlebih lagi warga yang depan rumahnya dijadikan tempat pembuangan sampah.
“Sudah enam hari tidak diangkut, petugas kebersihan hanya lewat saja tidak ambil sampah ini,” ujar Egi, sambil menunjuk tumpukan sampah yang tepat di depan tokonya, Selasa (14/7/2020).
Egi mengatakan kebanyakan yang membuang sampah di tempat itu adalah warga yang tinggal di belakang tokonya. Ada juga warga yang tinggal tidak jauh dari kawasan tersebut. Meski sudah dipasang papan larangan untuk tidak membuang sampah di lokasi itu, tumpukan sampah terus saja menggunung.
“Tidak enak juga kami dikumpulkan (depan toko) sampah begini. Ini sampah penjual sayur dan kos-kosan. RT tidak sediakan tempat (bak sampah). Saya sudah lapor ke RT. Saya juga buang sampah di depan toko saya tapi warga lainnya pada ikut-ikutan buang sampah,” ujar Egi.
Diakui Egi, pengendara motor juga ikut membuang sampah di lokasi tersebut, yang menyebabkan sampah semakin hari menggunung.
“Saya berharap sampah ini bisa ditangani karena sudah dibiarkan terlalu lama. Kami merasa sangat tidak nyaman. Saya juga berharap lokasi tempat saya usaha tidak dijadikan tempat pembuangan sampah,” ujar Egi.
Hal yang sama juga dikeluhkan pemilik bengkel sepeda motor bernama Jono. Pasalnya tumpukan sampah itu tepat di depan bengkelnya. Menurutnya, sampah tersebut sudah mengganggu aktivitas usahanya.
“Jalan ini banyak dilintasi pengendara karena tempat masuk dan keluarnya kendaraan di pasar. Mari kita bangun kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Belum ada bak sampah makanya orang buang sampah di sini. Seharusnya setiap hari sampah ini diangkut dan tidak dibiarkan (sepert ini) sehingga sangat mengganggu,” ujar Jono. (*)
Editor: Dewi Wulandari