Positif Covid-19, empat remaja ini batal ujian masuk PTN

Tes Cepat Covid Papua
Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua menyelenggarakan tes cepat atau rapid test Covid-19 bagi seluruh pegawainya, Jumat (26/6/2020). - Jubi/Alex

Papua No.1 News Portal | Jubi

Kendari, Jubi – Sebanyak empat remaja calon mahasiswa baru di Universitas Halu Oleo (UHO) batal mengikuti ujian tertulis berbasis komputer (UTBK) Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), karena dilaporkan terinfeksi virus corona.

“Sudah dipastikan tidak bisa ikut UTBK baik tahap satu maupun tahap dua. Saya belum tahu apakah ada kebijakan baru dari LTMPT terkait ini,” kata Wakil Rektor I UHO Kendari, La Hamimu, dikutip CNN Indonesia, (12/7/2020).

Read More

Baca juga : Paniai kuliahkan 67 calon guru

Uncen buka pendaftaran mahasiswa baru jalur mandiri mulai Juli

Calon penerima bantuan untuk mahasiswa terdampak Covid-19 membeludak

Menurut Hamimu surat edaran Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) NOMOR: 18/SE.LTMPT/2020 tentang Persyaratan Kesehatan dalam Pelaksanaan UTBK-SBMPTN 2020, peserta yang dinyatakan reaktif tidak bisa mengikuti UTBK tahap satu mulai 5 Juli sampai 13 Juli 2020.

“Jika hasilnya positif, maka calon mahasiswa tidak bisa mengikuti UTBK yang digelar dua tahap tersebut,” kata Hamimu menambahkan.

Hamimu menyebutkan sejak tangga 4 Juli sampai 9 Juli 2020, sudah ada 1.894 calon mahasiswa baru yang menjalani rapid test. Sebanyak 14 orang dinyatakan reaktif dan empat orang keluar tes swab PCR dengan hasil positif.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Amirul Tamim minta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak diskriminatif terhadap calon mahasiswa baru yang terinfeksi virus corona.

“Pemerintah tidak boleh diskriminatif hanya karena mereka terinfeksi virus corona. Hak dan kewajiban mereka juga harus dipenuhi,” kata Amirul Tamim.

Menurut dia seharusnya Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) ikut menyertakan kebijakan baru terhadap calon mahasiswa baru yang terinfeksi virus corona. Hal itu mempertimbangkan calon mahasiswa juga punya hak mengenyam pendidikan di perguruan tinggi negeri.

“Jangan kita matikan semangat dan masa depan mereka. Kasihan mereka,” kata Tamim.

Menurut Tamim, negara sudah mengeluarkan anggaran besar soal penanganan corona ini. Dengan begitu harus ada kebijakan baru agar mereka juga ini diakomodir untuk ikut tes.

“Tidak ada kata lain harus diberikan toleransi dengan cara apapun. Tidak perlu ada regulasi, cukup ada kebijakan untuk tetap mereka ikut tes,” kata Tamim menjelaskan.

Ia menyebut jika calon mahasiswa baru yang terinfeksi virus corona dan tidak bisa diikutkan tes SBMPTN, maka pejabat negara yang terinfeksi harusnya juga diberhentikan. (*)

CNN Indonesia

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply