Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, mengatakan pencemaran air tanah akibat bakteri sangat rentan, karena keseimbangan neraca air dan pergeseran siklus hidrologi.
“Sebut saja kandungan zat padat terlarut atau TDS pada beberapa titik nilainya melebihi baku mutu,” ujar Tomi Mano di Kantor Wali Kota Jayapura, Papua, Selasa (20/4/2021).
Selain itu, dikatakan Tomi Mano, nilai kandungan kalsium karbonat pada sumber air, misalnya sumur juga melebihi baku mutu air.
“Penurunan kualitas air disebabkan oleh beberapa parameter, yang kandungan atau kadarnya telah melebihi baku mutu air,” ujar Tomi Mano.
Untuk kondisi kimia logam terlarut, dikatakan Tomi Mano, kadar timbal dan besi pada beberapa titik telah melebihi baku mutu yang ditetapkan dalam peraturan.
Begitupun juga dengan kandungan mikrobiologi air di ibukota Provinsi Papua ini, lanjut Tomi Mano, meliputi koli tinja dan total koliform juga melebihi baku mutu.
“Salah satu cara agar di Kota Jayapura tidak tercemar bakteri, yaitu dengan pengendalian atas pemanfaatan air tanah dengan memberlakukan perizinan pengeboran dan penarikan pajak,” ujar Tomi Mano.
Dikatakan Tomi Mano, keberadaan air sangat penting, yaitu sebagai fungsi sosial, lingkungan, dan ekonomi maka pengelolaan air harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediaan secara berkesinambungan.
“Sekarang memang kita susah air. Banyak warga tidak lagi menikmati air karena banyak yang lakukan penebangan pohon sehingga debit air berkurang,” ujar Tomi Mano.
Baca juga: Warga Kota Jayapura diminta waspada penyakit di musim hujan
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Jayapura, Alex Deu, mengatakan kualitas air di kota yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini ini menurun sementara penggunaanya meningkat, yaitu 40 persen untuk kebutuhan domestik dan 30 persen non domestik.
“Berdasarkan hasil uji coba laboratoriun dari Kesehatan Daerah (Kesda), air tanah di beberapa wilayah di Kota Jayapura sudah terpapar bakteri yang cukup tinggi dari berbagai parameter,” ujar Deu.
Deu mengimbau masyarakat hingga pelaku usaha baik hotel, supermarket, rumah makan, cafe, agar tidak menggunakan air yang sudah terpapar bakteri karena bisa menyebabkan berbagai gangguan sakit.
“Kami sudah melakukan sosialisasi. Kami minta mereka melakukan uji coba sumber air yang digunakan (sumur bor) sebelum digunakan supaya menjamin kesehatan,” ujar Deu. (*)
Editor: Dewi Wulandari