Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Alyakha Art Center kembali mengadakan pameran seni di Kampung Yokiwa, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Pameran ini dilaksanakan pada 10 sampai 11 September 2021 dengan tema Romiyea Phuklah. Romiyea Phuklah bermakna kehidupan manusia yang tidak terpisahkan dari alam.
Pembukaan pameran ini dilaksanakan pada Jumat, 10 September 2021, sekitar pukul 15:00 Waktu Papua. Sejumlah kelompok seni hadir meramaikan acara pembukaan ini. Ada Sanggar Nafas Danau Sentani (NDS), Papeda Entertainment, Grup Wunukkal, dan Grup Wompits-Asmat.
Pentas pembuka langsung dibuat di demaga sungai Jaifuri, kali yang telah lama menjadi spot wisata Kampung Yokiwa. Mereka menampilkan lagu, musik, dan tarian dari Sentani, Lani Jaya, Tolikara, hingga Asmat. Ada juga tari kontemporer yang mengangkat tema alam.
Pameran ini merupakan puncak dari kegiatan residensi seniman yang menjadi agenda tahuan di Aliakha Art Center. Residensi kali ini menghadirkan Bertho Wanma, seorang seniman patung asal Biak, yang selama 10 tahun terakhir belajar dan berkarya di Yogyakarta.
Kurang lebih tiga bulan di Kampung Yokiwa, Wanma bersama 16 seniman muda kampung mengeksplorasi bahan-bahan alam menjadi karya seni. Ada bambu, kayu jati, dan tanah liat. Sebelumnya material-material ini tidak dilirik sebagai bahan dasar untuk menghasilkan berbagai kreasi seni. Berkat proses belajar bersama selama residensi, berbagai jenis karya ditampilkan dalam pameran ini.
Bertho Wanma mengatakan seni rupa belum mendapat banyak ruang untuk digali dan ditampilkan. Karenanya dia mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh Alyakha Art Center.
“Makanya dengan Alyakha punya kegiatan ini, saya rasa ini satu peluang yang luar biasa untuk mengajak teman-teman di sini mengasah kembali mereka punya kemampuan seni,” katanya di sela-sela pameran, Jumat [10/9/2021].
Karya bersama berupa instalasi patung anak di tengah kali. Terbuat dari bambu, patung ini menyerupai seorang anak yang sedang menatap ke arah danau dengan jaring tersangkut di pundaknya. Sayang, jaring itu berisi banyak sampah.
Ide instalasi ini lahir dari pengamatan Berto Wanma. Sejak kehadirannya di kampung ini, dia melihat yang setiap hari ada di kali ini dari pagi hingga malam adalah anak-anak. Mereka mandi, mencari ikan, membersihkan sampah, atau sekedar bermain. Sampah dan limbah yang masuk ke danau Sentani dan ditinggalkan wisatawan di sini menjadi ancaman bagi danau, kali, dan warga Sentani yang hidup bergantung dari sini.
Selain karya bersama, berbagai hasil karya individu ikut dipamerkan. Beberapa seniman luar kampung juga ikut diajak dalam pameran ini. Berbagai karya seperti patung dan ukiran berbahan dasar kayu, bisa dilihat di sini. Ada juga berbagai lukisan, batik, dan pernak-pernik khas Papua lainnya.
Alyakha Art Center digagas pada 2019 oleh pasangan Markus Rumbino dan Irma Awoitauw. Berpusat di Kampung Yokiwa, tempat ini diharapkan bisa mendorong kreatifitas seniman lokal terutama di Kampung Yokiwa.
“Ketika seniman residensi melakukan proses kreatif bersama masyarakat lokal, di situ terjadi proses-proses yang akhrinya potensi yang ada dalam diri tiap orang menjadi keluar,” ucap Markus Rumbino.
Ini adalah kali kedua Alyakha Art Center mengadakan program residensi seniman. Sebelumnya pada 2019, seniman Papua, Dicky Taknandare, juga melakukan residensi di tempat ini dan mengadakan pameran dengan tema The Khayouw. Khayouw merupakan ikan endemik Danau Sentani yang populasinya semakin menurun karena perubahan ekosistem danau. Alyakha Art Center terus memilih tema-tema alam ini karena ada hubungan erat antara manusia dengan alam di wilayah ini. (*)
Reporter: Asrida Elisabeth untuk Jubi
Editor: Yuliana Lantipo