Memburu foto di taman mangrove Klawalu Sorong

Hutan mangrove Klawalu Sorong, Papua Barat
Pengunjung saat foto-foto di hutan mangrove Klawalu Sorong - Jubi/Abeth You

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Usai mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang digelar Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) dan Dewan Pers, 21-22 Oktober 2021 di Kota Sorong, 53 wartawan dari Provinsi Papua dan Papua Barat berkemas-kemas menuju daerah asalnya masing-masing. Namun beberapa wartawan dari Jayapura memilih jalan berbeda. Mereka menyasar spot-spot foto instagramable di Kota Sorong.

Matahari belum jatuh ketika beberapa wartawan dari Jayapura menstarter mobilnya menuju kawasan hutan mangrove di Kota Sorong, Sabtu sore, 23 Oktober 2021. Laju kendaraan mereka dari salah satu hotel di kawasan Sorong kota tak terasa, hingga sore pun beranjak.

Read More

Suara dari penunjuk peta google juga terhenti tepat di Jalan Malibela, Kelurahan Klawalu, Kota Sorong, Papua Barat. Di sini rupanya lokasi taman atau hutan mangrove yang disasar.

Semakin mendekati kawasan mangrove, tampak semakin ramai. Anak-anak dan orang-orang dewasa sedang trekking.

Tak kurang juga pengunjung yang berkendaraan. Sama seperti para wartawan, mereka adalah para pemburu foto.

Para pengunjung yang berdatangan menuju pintu masuk sesekali ditelan kendaraan, sehingga tampak dari dalam mobil beberapa kepala mendongak-dongak ke arah taman wisata ini.

Selamat Datang Kawasan Wisata Mangrove Klawal Kota Sorong”.

Tulisan pada gapura cokelat berhiaskan lukisan khas Papua dan burung cenderawasih yang diapit anak panah, tampaknya membuat siapa pun tersenyum simpul. Beberapa hurufnya terjatuh.

Seorang perempuan paruh baya duduk di bawah gapura sedari pagi. Rupanya dia adalah penjual karcis. Namanya Mama Ruce Baho.

Mama Ruce Baho selalu stand by saban hari di pintu masuk sejak Senin sampai Minggu dalam pekan. Begitu gerbang dibuka pada pagi hari, dirinya tetap setiap melayani pengunjung, hingga objek wisata ini ditutup pada pukul 6 sore, waktu Papua.

Di depan dia tampak kulkas, bangunan seluas lapangan tenis lapangan tanpa dinding, dan berbagai baliho serta foto-foto. Sedangkan kertas seukuran kartu nama berjumlah empat pack tertata apik di mejanya. Masing-masing merah jambu dua pack, satu pack biru muda dan satu pack lagi berwarna kuning.

Rupanya itu adalah karcis masuk atau retribusi. Karcis biru muda untuk orang dewasa Rp 10 ribu, merah jambu untuk anak-anak Rp 5 ribu, parkir roda empat berwarna merah jambu Rp 5 ribu, dan kertas berwarna kuning untuk parkir roda dua Rp 2 ribu.

Di ujung atas karcis bertuliskan “Pemerintah Kota Sorong Dinas Pariwisata Karcis Retribusi Masuk Wisata Mangrove Klawalu”, sedangkan di ujung bawah karcis tertulis “Peraturan Daerah No. 02 Tahun 2019 Tanggal 22 Januari 2020”.

“Ini Dinas Pariwisata punya,” kata Mama Ruce.

Dia berkata taman wisata mangrove Klawalu dibuka setiap hari. Pada Senin sampai Jumat pengunjung bisa dihitung dengan jari tangan dan kaki. Terbukti dari hasil penjualan karcis. Sekitar Rp 100 ribu didapat sekali jual.

Itu terhitung lumayan, sebab seratus rupiah adalah taksir terendah. Kadang-kadang karcis terjual hingga mendapatkan lebih dari Rp 100 ribu.

“Kalau cuaca bagus ya bisa dapat Rp 500 ribu,” ujarnya sambil merapikan karcis-karcis usai diperlihatkan kepada Jubi.

Selain itu, pada hari-hari libur, seperti Sabtu dan Minggu, serta hari-hari libur lainnya, karcis terjual hingga mencapai sekitar Rp 300 ribu.

Kawasan ini memang dibuka sejak pagi dan ditutup pada pukul 6 sore. Pengunjung datang dari berbagai daerah, selain dari Kota Sorong dan sekitarnya.

Ini dimaklumi mengingat Kota Sorong merupakan salah satu pintu masuk pelabuhan laut ke Tanah Papua. Selain itu, Sorong merupakan pintu masuk menuju kawasan wisata bahari Raja Ampat.

Mama Baho bercerita hutan mangrove yang memiliki luas sekitar 5 hektare ini dibangun tahun 2016, tetapi baru diresmikan pada Kamis, 16 Mei 2019.

Di sini Dinas Pariwisata Kota Sorong menawarkan objek wisata yang dekat dengan milenial. Disediakan spot foto dan panorama hutan mangrove yang hijau, gazebo, dan dermaga papa. Spot-spot foto lainnya yang dicat berwarna-warni dan cokelat tua, juga menjadi sasaran bidikan lensa kamera.

Meski pohon-pohon mangrovenya tidak lebih besar dari tiang listrik, panorama hijau daun mangrove menjadi latar foto yang memikat mata.

Para pengunjung tampak sibuk dengan ponsel pintar dan kamera DSLR, ketika berjubel dari gapura. Suara rana kamera pengunjung yang datang terlebih dahulu, seakan berlomba-lomba dengan derap langkah pengunjung lainnya.

Baca juga: Papua Barat punya wilayah mangrove yang terluas

Hutan mangrove Klawalu Kota Sorong merupakan taman wisata mangrove pertama di Tanah Papua. Kementerian Pariwisata RI membangun taman wisata ini dari dana alokasi khusus pariwisata tahun anggaran 2018. Sekitar Rp 2,6 miliar.

“Kalau dikelola dengan baik pasti semakin banyak pengunjung,” kata salah satu pengunjung, Dian Kandipi.

Pengunjung lainnya, Abraham A. You, mengatakan taman wisata mangrove Kota Sorong sedianya tak hanya menjadi spot foto. Lebih dari itu, lokasi ini diharapkan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk menjaga lingkungan dan hutan di Tanah Papua, terutama hutan mangrove di kawasan pesisir.

Menurut dia, hutan mangrove berfungsi untuk mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai, tempat hidup dan sumber makanan dari berbagai jenis hewan laut, serta membentuk pulau dan menstabilkan daerah pesisir. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply