Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Pengembangan aneka komoditas pangan lokal sebagai pangan alternatif di tengah musim kemarau panjang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ketika musim panen padi terhambat.
“Strategi pengembangan pangan lokal untuk membiasakan masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jayapura, Jean H. Rollo, di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Sabtu (4/7/2020).
Menurut Rollo, saat ini masyarakat di Kota Jayapura sudah terbiasa mengkonsumsi beras sebagai sebagai kebutuhan pangan sehari-hari.
“Ketika orang tidak makan nasi langsung keok. Sekarang tidak, ketika tidak makan nasi bisa makan keladi, ubi jalar, ubi kayu, jagung, pisang, bete, dan sagu. Komoditas penyangga ini tersedia cukup di Kota Jayapura,” ujar Rollo.
Untuk itu, dikatakan Rollo, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jayapura terus mengajak petani komoditas pangan lokal agar lebih giat lagi menanam dan hasilnya bisa dikonsumsi masyarakat.
“Gerakan tanam komoditas pangan lokal didukung oleh program penyediaan dan pengembagan sarana pertanian, yang memfasilitasi berbagai sarana pertanian seperti traktor, kultivator, pompa air, handsprayer, pupuk, hingga bibit tanaman,” ujar Rollo.
Sekretaris Daerah Kota Jayapura, Frans Pekey, berharap strategi meningkatkan produksi komoditas pangan lokal dapat membagkitkan semangat petani, apalagi di tengah pendemi virus korona saat ini.
“Warga juga bisa memanfaatkan pekarangan rumah untuk berkebun agar mencukupi kebutuhan pangan sehari-hari di masa pandemi. Hingga saat ini stok pangan masih aman,” ujar Pekey.
Pakey menambahkan musim kemarau saat ini membuat hasil panen padi menjadi sangat minim sehingga dengan meningkatkan produksi komoditas pangan lokal dapat meningkatkan ketahanan pangan di masyarakat.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Jayapura mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura memperhatikan keberlangsungan produksi sagu lokal karena potensinya sangat besar.
“Kami ingin produksi sagu menjadi perhatian strategis untuk meningkatkan perekonomian warga dan menjaga kelestariannya,” ujar Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Jayapura, Giovano Pattipawael, saat rombongan Komisi B mengunjungi rumah pengolahan sagu di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Kamis (2/7/2020).
Pattipawael menilai produksi sagu tidak hanya dijadikan sebagai tepung tapi juga produk olahan lainnya seperti es krim sagu dan sagu bakar. Bahkan sampah sisa produksi bisa dijadikan kompos.
“Potensinya sangat besar namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Keuntungan sagu lainnya adalah tidak perlu dibudidayakan secara khusus karena sudah tumbuh sendiri. Warga tinggal memanfaatkannya, baik untuk dikonsumsi maupun dijual,” ujar Pattipawael.
Dikatakan Pattipawael untuk mengoptimalkan pengolahan sagu maka pemerintah daerah harus memberikan perhatian berupa pendampingan dan pengadaan mesin guna menambah produksi sagu.
“Kami sudah sampaikan ke Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jayapura agar dalam anggaran tahun depan supaya mesin diadakan. Kami siap bantu,” ujar Pattpawael.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jayapura, Jean H. Rollo, mengatakan untuk pemanfaatan sagu saat ini masih melibatkan kelompok industri rumah tangga, salah satunya Pokja Sagu Kube Gakurakuco di Distrik Muara Tami.
“Dalam sehari bisa produksi satu ton atau lima batang pohon sagu basah. Satu batang pohon menghasilkan empat karung (satu karung isi 30 kilogram). Penjualan dua bulan terakhir 300 karung (satu karung 300 ribu). Pengolahan pakai mesin. Kampung lain juga akan kami kembangkan,” ujar Rollo. (*)
Editor: Dewi Wulandari