Kebanyakan pasien COVID-19 yang meninggal belum pernah divaksinasi

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Papua
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul lie saat melaporkan situasi pandemi COVID-19 kepada Bupati Jayapura. - Jubi/Engel Wally

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Sentani, Jubi – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, Khairul Lie menyatakan 98 persen dari 93 kasus kematian COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah Yowari dialami pasien yang belum pernah divaksinasi COVID-19. Hal itu dikatakan Khairul dalam rapat Bupati Jayapura dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah tentang penanganan COVID-19 yang berlangsung di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (2/8/2021).

Khairul menyatakan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memastikan apakah seorang pasien positif COVID-19 menjadi salah satu penghambat penanganan COVID-19 di Kabupaten Jayapura. Ia menyatakan penegakan diagnosa COVID-19 menggunakan tes usap yang diuji dengan polymerase chain reaction (PCR) membutuhkan waktu tiga hingga lima hari. Lamanya waktu itu terjadi karena di Kabupaten Jayapura tidak ada mesin PCR, sehingga pengujian dilakukan di Balai Penelitian Pengembangan Kesehatan Papua di Kota Jayapura.

Read More

Sesuai dengan ketentuan terbaru Kementerian Kesehatan RI, kabupaten yang tidak memiliki mesin PCR dapat mendiagnosa kasus COVID-19 melalui tes usap antigen. Aturan baru itu membuat penentuan diagnosa pasien COVID-19 lebih cepat, sehingga penanganannya juga menjadi lebih cepat.

Khairul menyatakan pihaknya juga terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Jayapura. “Target sasaran vaksinasi kami 87.226 orang. [Sekarang capaian] vaksinasi [untuk] dosis pertama sebanyak 32.008 orang. Vaksinasi dosis kedua sebanyak 13.001 orang,” ujarnya.

Baca juga: PGRI sebut banyak orangtua murid menolak anaknya divaksinasi

Dari 72 titik layanan vaksinasi di Kabupaten Jayapura, sebagian besar berada di tiga distrik perkotaan yang padat penduduk. Di Distrik Sentani, terdapat 13 titik layanan vaksinasi. Di  Distrik Sentani Timur ada delapan titik layanan vaksinasi, dan di Distrik Waibhu ada lima titik layanan vaksinasi.

Khairul mengakui banyak tantangan yang dialami vaksinator/petugas vaksinasi, termasuk banyaknya warga sasaran vaksinasi yang tidak mendatangi tempat vaksinasi. Padahal, setiap pelaksanaan vaksinasi sudah dikoordinasikan dengan kepala distrik dan kepala kampung setempat.

“Solusi cepatnya, tim sudah mendata alamat warga sasaran yang belum divaksinasi, dan akan mendatangi alamat warga sasaran. Namun, tim tidak mencatat nama-nama sasaran vaksinasi, untuk menjaga privasi warga, ” ungkapnya.

Kepala Distrik Sentani, Yohanes Erol Daisiu mengatakan persoalan yang terjadi di 13 titik vaksinasi Distrik Sentani terjadi karena lambatnya penyampaian waktu vaksinasi kepada warga. Selain itu, ada warga yang menolak ikut vaksinasi COVID-19. “Di Kampung Taruna dan Milinik, warganya menolak divaksinasi. Di beberapa titik [lainnya], kami koordinasi langsung dengan ketua RT/RW untuk menyiapkan tempat dan warga sasaran,” kata Daisiu. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply