Pemkot Jayapura diminta benahi pengelolaan Pasar Baru Youtefa

papua-pasar-baru-youtefa-kota-jayapura
Suasana hari pertama pedagang berjualan di Pasar Baru Youtefa, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua - Jubi/Ramah

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura, Provinsi Papua khususnya dinas yang bertanggung jawab menangani pengelolaan Pasar Baru Youtefa untuk segera melakukan pembenahan di pasar terletak di Distrik Abepura.

Pasalnya, hari pertama pedagang berjualan, Sabtu (5/12/2020), kondisi pasar jauh dari harapan pedagang untuk mendapatkan pembeli yang lebih banyak lagi. Selain itu, penempatan pedagang terkesan amburadul.

Read More

Pedagang menjadi satu, yang seharusnya sudah menempati los sesuai dengan jenis dagangan. Pedagang komoditas pertanian, pedagang asongan, dan pedagang ikan kumpul menjadi satu.

Terlihat juga pedagang yang tidak berjualan atau hanya sekedar mencari-cari tempat yang sudah diberikan sesuai dengan nomor undian dan jenis dagangan masing-masing.

Los ikan, daging, buah, dan los mama-mama Papua misalnya, hari pertama pedagang berjualan tidak ditempati. Bangunan megah dan bersih itu dibiarkan kosong, pedagang malah memilih menggelar dagangan di luar los yang sudah ditentukan.

Seorang pedagang komoditas pertanian dari Koya, Puryadi, mengatakan seharusnya pedagang didampingi saat pedagang dipindahkan sehingga mudah untuk diatur agar pasar tidak amburadul.

Puryadi mengaku wajar saja bila hari pertama pasar tidak tertata dengan baik. Namun pengelolaan pasar, khususnya penataan pedagang dilakukan agar ke depannya lebih baik lagi.

“Kalau belum siap (pasar) jangan dulu dipindahkan (pedagang). Memang sudah disiapkan tempat, tapi kami tidak diarahkan untuk berjualan sesuai tempat masing-masing. Akhirnya pasar jadi amburadul, kurang tertata dengan baik,” ujar Puryadi.

Selain itu, tempat yang disiapkan bagi pedagang komoditas pertanian dinilai sangat kecil atau tidak sebanding dengan banyaknya dagangan yang dibawa pedagang.

“Kami diminta untuk menurunkan jualan di tempat kami, setelah itu mobil keluar dari area berjualan. Kami juga tidak tahu tempat parkir mobil dimana. Saya berharap segera dilakukan perbaikan supaya ke depannya pasar pengelolaannya menjadi lebih bagus dan tertata dengan rapi,” ujar Puryadi.

Pedagang lainnya, Pelena Kogoya, mengaku siap menempati los mama-mama Papua. Hanya saja tidak ada arahan dari pemerintah kota untuk berjualan di dalam, sehingga ia memilih menggelar barang dagangannya di luar pasar.

“Tadi sopir taksi langsung turunkan saya di sini (luar los) makanya saya jualan di sini. Saya dari Keerom. Pasarnya bagus, hanya pengelolaan di hari pertama ini kurang baik,” ujar Kogoya.

Perempuan asal wilayah pegunungan tengah Papua ini berjualan campuran, seperti sayur-mayur, pisang, dan sirih pinang mengatakan ongkos taksi atau angkutan kota dari Keerom ke Pasar Baru Youtefa mengeluarkan biaya Rp100 ribu sekali jalan, yang berarti perjalanan pulang pergi menghabiskan biaya Rp200 ribu.

“Jualan saya baru laku sebagian, ongkos pulang belum dapat. Ini sudah jam 10 tapi barang belum habis. Nanti saya tidak bisa pulang, kalau belum habis saya jualan di pasar lama saja,” ujar Kogoya.

Selain tempat berjualan yang dikeluhkan pedagang, sopir angkot di dalam pasar juga mengeluhkan pengelolaan pasar yang belum maksimal.

Sebanyak 160 angkot jurusan Koya dan Skouw serta 65 angkot jurusan Keerom dan Arso, terparkir tanpa penumpang. Hingga pukul 9 pagi, sopir angkot baru sekali jalan, yang biasanya sudah lima kali.

“Sepi. Tidak ada pedagang dan pembeli. Saya maklumi karena ini hari pertama. Tapi ke depannya pengelolaanya harus diperbaiki supaya pasar benar-benar ramai pedagang dan pengunjung,” ujar Koordinator sopir angkot jurusan Koya dan Skouw, Herman Rahim.

Menurut Herman, seharusnya semua pedagang di pindahkan ke Pasar Baru Youtefa sehingga terlihat ramai. Penataan pedagang juga harus diperbaiki, karena di tempat tunggu penumpang juga masih ada pedagang yang berjualan dan di pasar lama juga masih ada pedagang.

“Kalau terus seperti ini, kami balik kanan (kembali ke pasar lama Youtefa), tapi kami ikuti dulu apa maunya pemerintah dan seperti apa pengelolaanya karena pasar ini disiapkan untuk meningkatkan perekonomian warga,” ujar Herman.

Herman berharap penataan dan pengelolaan pasar segera diperbaiki karena tinggal menghitung hari perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, yang tentunya pedagang dan pembeli membutuhkan pasar sebagai tempat jual beli.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kota Jayapura, Robert L.N. Awi, mengaku belum semua pedagang di pindahkan untuk memberikan kesempatan kepada pedagang lainnya menjadi tempat dagangan.

“Memang belum semua pedagang kami pindahkan. Hari pertama kami baru pindahkan 800 pedagang. Ada 1.100 pedagang yang jualan di Pasar Baru Youtefa,” ujar Awi.

Dikatakan Awi, pedagang disiapkan lapak jualan untuk dilakukan penataan sehingga tidak terkesan amburadul. Kesadaran pedagang berperan penting untuk menciptakan situasi dan kondisi pasar yang aman dan nyaman.

“Kami sudah siapkan tempat dan los sesuai jenis dagangan masing-masing. Kami juga sudah mengarahkan pedagang untuk jualan di tempat yang sudah siapkan,” ujar Awi.

Awi berharap pengelolaan Pasar Baru Youtefa yang dinilai sebagai pasar representatif tersebut dapat mensejahterakan warga khususnya pedagang, tukang ojek, dan sopir taksi.

“Kami terus melakukan pembenahan. Saya minta kesadaran dari pedagang untuk kembali ke tempat yang sudah siapkan. Pedagang harap bersabar, pengelolaan pasar yang optimal tentu menjadi tujuan kami,” ujar Awi.

Pantauan Jubi pada hari pertama pengoperasian Pasar Baru Youtefa, aparat keamanan dari TNI, Polri, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Jayapura, Organda, dan Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan Asli Daerah dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Jayapura berjaga-jaga sekaligus mengarahkan pedagang dan sopir angkot. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Related posts

Leave a Reply