Jayapura, Jubi – Jajaran Kantor Imigrasi Kelas II Mimika, Papua segera memberangkatkan tim ke Potowayburu, Distrik Mimika Barat Jauh guna menginvestigasi aktivitas orang asing di lokasi tersebut.
Kepala Kantor Imigrasi Mimika Jesaja Samuel Enock di Timika, Rabu (27/3/2019), mengatakan jajarannya menerima laporan dari masyarakat soal aktivitas orang asing di wilayah Potowayburu. Para orang asing tersebut dilaporkan terlibat aktivitas penebangan kayu.
“Ini sedang kami selidiki. Awal April kami akan lakukan investigasi ke sana,” jelas Jesaja.
Sejauh ini jajaran Kantor Imigrasi Mimika belum mengetahui berapa banyak orang asing yang diduga bekerja pada perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan/HPH atau perusahaan perkebunan di wilayah Potowayburu dan sekitarnya itu.
“Kami belum tahu persis berapa jumlah mereka, aktivitas mereka di situ apa saja. Kami baru mendapat laporan bahwa keberadaan mereka di situ untuk kegiatan penebangan kayu,” jelas Jesaja.
Ia menyebut luas wilayah geografis serta minimnya akses transportasi ke wilayah pedalaman Papua menyulitkan petugas imigrasi mendeteksi keberadaan orang asing yang melakukan aktivitas penambangan sumber daya mineral maupun penebangan kayu di wilayah-wilayah pedalaman tersebut.
“Kondisi geografis dan kesulitan akses transportasi memang menyulitkan kami. Makanya dalam hal pengawasan orang asing ini membutuhkan koordinasi dan kerja sama lintas sektoral melibatkan semua pihak baik kepolisian, TNI, unsur-unsur pemerintah daerah, masyarakat maupun pemangku kepentingan lainnya. Tanpa itu sulit kita mendeteksi keberadaan orang asing apalagi yang melakukan pelanggaran maupun tindak pidana keimigrasian di wilayah Indonesia,” jelas Jesaja.
Hingga kini tercatat lebih dari 1.000 jiwa orang asing bermukim di Kabupaten Mimika. Dari jumlah itu, sekitar 700 orang asing bekerja di perusahaan pertambangan PT Freeport Indonesia dan sejumlah perusahaan subkontraktornya.
“Sesuai data kami pada akhir Februari, terdapat 700 orang asing yang bekerja di lingkungan PT Freeport. Ditambah keluarga (isteri dan anak-anak) mereka berjumlah 1.015 orang. Ada juga yang bekerja sebagai pilot pesawat-pesawat kargo barang, pesawat penumpang ke pedalaman. Namun keberadaan pilot-pilot warga negara asing itu selalu dilaporkan rutin setiap bulan oleh perusahaan tempat mereka bekerja,” kata Jesaja. (*)
Editor : Victor Mambor