Omzet pedagang telur belum stabil di masa New Normal

Seorang penjual telur di Pasar Hamadi, Distrik Jayapura Selatan, sedang menunggu pembeli. - Jubi/Ramah

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Pemerintah Kota Jayapura sudah memberlakukan New Normal atau kenormalan baru sejak September, dengan harapan meningkatkan ekonomi warga salah satunya terkait omzet pedagang di pasar tradisional bisa stabil.

Read More

“Masih sepi, apalagi mau Natal ini biasanya banyak pembeli, tapi sekarang sepi,” ujar Mustafa, seorang penjual telur di Pasar Hamadi, Distrik Jayapura Selatan saat ditemui Jubi, Jumat (11/12/2020).

Dikatakan Mustafa, dalam sehari hanya bisa menjual tiga ikat (satu ikat enam rak), bila dibandingkan sebelum Covid-19 melanda, ia bisa menjual sampai 20 ikat telur ayam.

“Korona sangat berdampak terhadap omzet penjualan telur. Beruntung ada langganan, kalau tidak ada langganan saya tidak laku. 100 rak biasanya habis dalam seminggu, tapi sekarang 10 rak hampir satu bulan baru habis,” ujar Mustafa.

Mustafa berharap pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga penjualan telur bisa stabil. Bila telur terlalu lama habis juga menimbulkan kerugian karena busuk.

“Harga telur sekarang mulai naik dari Rp 60 ribu satu rak menjadi Rp 65 ribu, yang Rp 65 ribu menjadi Rp 70 ribu. Biasa kalau sudah mau mendekati Natal, harga-harga barang selalu naik,” ujar Mustafa.

Pedagang telur ayam lainnya, Ririn, mengaku omzetnya penjualan telur menurun meski sudah diberlakukan New Normal.

“Mungkin warga masih takut ke pasar. Pembeli biasanya mulai ramai kalau sudah menjelang Natal, tapi sekarang sepi,” ujar Ririn.

Dikatakan Ririn, dalam sehari di masa pandemi pandemi Covid-19 hanya bisa menjual sampai lima rak. Penjualannya ini bisa mencapai 50 ikat.

“Langganan saya banyak, ada dari warung makan dan restoran. Sekarang langganan mengurangi pengambilan karena warung juga sepi pembeli,” ujar Ririn. (*)

Editor: Kristianto Galuwo

Related posts

Leave a Reply