Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Masyarakat pengguna layanan jaringan Telkomsel di Nabire meminta agar dua WiFi id ditutup. Telkom dituding tipu masyarakat dan terkesan memonopoli jaringan. Dua WiFi id itu dikelola oleh kepala Telkom Nabire, satu di area STO Telkom dan satunya lagi di Kelurahan Bumiwonorejo.
Warga menggelar aksi penolakan pada Jumat petang (1/11/2019).Koordinator aksi, Dedy Marwa, mengatakan selama ini Telkom dan Telkomsel beralasan, layanan internet di Nabire masih terbatas akibat melalui IPLH Radio sehingga belum bisa mengoptimalkan layanannya kepada warga.
“Lalu mengapa justru Telkom membuka layanan Wifi Id yang bukan menjadi layanan utama dan prioritas Telkom. Kami minta ditutup dan bandwidthnya bisa dialihkan untuk pemerataan layanan Indihome di Nabire,” ujar Marwa saat pertemuan Di ruangan Bamus kantor DPRD Nabire bersama legisltif, perwakilan masyarakat dan pihak Telkom dan Telkomsel pada Jumat petang (1/11/2019).
Menurut Dedy, sangat tidak etis bila Telkom menganggap layanan internet di Nabire belum memadai sebab masih menggunakan IPLH. Justru BUMN itu lebih mementingkan komersial Wifi.Id ketimbang memprioritaskan layanan utama terhadap pengguna Indihome dan jaringan data.
Ia mengatakan, permintaan ditutupnya wifi id mengingat bandwidth (kapasitas) jaringan yang digunakan pihak telkom dengan kapasitas 1 GB. Paling tidak, menurutnya itu dapat dialokasikan kepada pihak Telkomsel agar akses pengguna Telkomsel seluler bisa digunakan, dari pada ke wifi id yang notabane digunakan tidak pada mestinya.
“Jadi sekali lagi harus tutup sebab pengguna jaringan tidak menikmati layanan dan kita sangat dirugikan,” ucapnya.
Katanya, masyarakat pengguna jaringan sangat dirugikan karena kinerja bandwidth yang diberikan oleh pihak telkom ada dua GB. Jika dua GB dengan pemakaian 188 ribu pengguna, maka artinya satu smartphone hanya mengakses 0,1 KB.
“Otomatis jaringan yang diberikan satu dibagi tiga. Artinya dua untuk wifi id dan sisanya untuk pengguna biasa yang tentunya sangat mempengaruhi kinerja seluler yang digunakan masyarakat,” katanya.
Dia bilang, jika benar pihak telkom mengeluh dengan kurangnya bandwidth. Maka alangkah baiknya dua layanan itu ditutup saja.
“Namun kita harus bisa mempertimbangkan bagaimana banyaknya pengguna. Ini yang ingin diutamakan seluler atau yang wifi id,” katanya.
Sementara itu, Kepala Telkom Nabire, Sudirman membantah jika Wifi Id dijadikan lahan bisnis. Ia berdalih bahwa voucher yang dijualnya 10.000 perjam dan ongkos kirimnya dibiayai dari Sorong.
Selain itu pekerjanya digaji. Menurutnya,tuntutan agar wifi.id itu ditutup, bukanlah wewenang kepala Telkom Nabire. Ada mekanismenya.
“ Wifi Id yang dikelola tak mungkin 12 jam tanpa biaya alias gratis. Hanya satu jam yang gratis dan selebihnya membeli voucher. Jadi tidak bisa ditutup sebab bukan urusan saya tapi aturan pimpinan di Sorong,” tandasnya.(*)
Editor: Syam Terrajana