Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas mengaku terus menerima teror dari nomor telepon tak dikenal saat konferensi pers soal KPK. Nomor-nomor yang masuk ke ponsel Busyro sama di delapan digit awal, hanya empat nomor belakangnya yang berbeda-beda.
“Sejam penuh bertubi-tubi dengan nomor yang mirip,” kata Busyro, Senin, (17/5/2021).
Baca juga : Dikabarkan tak lolos tes ASN, ini pernyataan penyidik KPK Novel Baswedan
Kasus suap penyidik KPK, pimpinan DPR ini mangkir dari panggilan
Suap Wali Kota Tanjungbalai ke penyidik KPK, Azis Syamsuddin dicegah ke luar ngeri
Delapan digit awal nomor-nomor yang menelepon Busyro ialah 0821-2720. Adapun empat digit belakangnya berbeda-beda namun ada yang berurutan mulai dari 5**7, 5**6, 5**1, 4**2, 5**3, 5**6. Nomor-nomor itu bergantian menelepon Busyro setiap satu hingga dua menit.
Sedangkan ketika ditelusuri lewat aplikasi pencarian kontak tak ada satu pun nama yang muncul untuk enam nomor yang mirip itu.
“Ada dua nomor lagi yang ngaco. 466, 093, nomor di belakangnya sama,” kata Busyro menambahkan.
Tercatat dalam konferensi pers ICW “Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai” menghadirkan sejumlah mantan pimpinan KPK. Busyro menyampaikan ada indikasi percobaan peretasan ke ponselnya. Ketua PP Muhammadiyah ini mengatakan sejumlah pegiat antikorupsi juga mengalami hal serupa.
“Bahkan ada yang di-hack, indikasi kuat barusan HP saya juga di-hack, diganggu-ganggu beberapa kali, dan sejumlah teman menjelang webinar ini (juga diganggu),” kata Busyro menjelaskan.
Selain Busyro, mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto pun mengalami peretasan di akun Whatsappnya. Dia kini berkomunikasi melalui aplikasi perpesanan yang lain. “Maaf saya terlambat masuk karena HP saya diganggu, sangat diganggu, dan WA saya sekarang sudah di-hijack dua jam sebelum acara ini,” kata Bambang.
Bambang Widjojanto mengatakan terus menerima telepon sepanjang berbicara. Moderator Nisa Zonzoa mengatakan ia pun mengalami hal yang sama. (*)
Editor : Edi Faisol