Litbangkes Papua sedang teliti sampel dugaan virus korona varian Delta

papua
Petugas laboratorium Balai Litbangkes Provinsi Papua di depan alat Whole Genome Sequencing yang akan dipakai mendeteksi Covid-19 varian Delta. – Jubi/ Dok. Balai Litbangkes Provinsi Papua.

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Provinsi Papua sedang meneliti sampel dari pasien yang diduga terinveksi virus korona varian Delta. Penelitian memerlukan peralatan khusus dan membutuhkan waktu lebih satu bulan.

Kepala Balai Litbangkes Provinsi Papua dr. Antonius Oktavian kepada Jubi, Selasa, 13 Juli 2021 menyebutkan reagen untuk memeriksa virus korona varian Delta telah tiba di labornya pada Kamis, 8 Juli 2021.

Read More

Petugas Litbangkes membutuhkan waktu satu hingga dua minggu untuk mengoptimalisasi reagen dengan alat.

“Sambil menunggu sampel terduga VoC (Variant of Concern) dari rumah sakit,” katanya.

Reagen adalah cairan yang digunakan untuk mengetahui reaksi kimia dalam mendeteksi infeksi Covid-19 dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).
Dr. Antonius menjelaskan proses pemeriksaan varian Delta diawali dengan tes PCR, kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan Whole Genome Squencing. Lalu dianalisis dengan super komputer.

Pemeriksaan memakan waktu 5 sampai 7 hari per sampel. Sedangkan untuk Whole Genome Sequencing sekitar sebulan.

“Kita baru mulai dapat hasil, ada atau nggak varian baru, sekali ‘running’ harus bersamaan 48 sampel, per sampelnya hingga keluar hasil estimasi 1 minggu dengan di PCR ulang, sequencing, dan analisa genome di super komputer, yang lama analisa di super komputer karena harus satu per satu,” ujarnya.

BACA JUGA: Besok, pelajar SMP di Kota Jayapura mulai divaksin

Oktavian mengatakan sampel terduga dengan kriteria yang dicurigai Varian of Concern SARS Cov2 ialah pasien yang terkena infeksi Covid-19 ulangan dengan gejala berat. Pasien sudah divaksin namun terinfeksi dengan gejala berat, pasien anak-anak dengan gejala berat, dan kasus dengan penyebaran cepat, misalnya dalam suatu kelompok terinfeksi Covid-19 bersamaan.

“Sampel yang terduga VoC baru dari Rumah Sakit Provita ada dua sampel dan masih menunggu sampel-sampel yang dicurigai dan kriteria khususnya dari rumah sakit, sedangkan kabupaten lain akan menyusul mengirimkan,” katanya.

Saat ini, kata Oktavian, Litbangkes Papua digunakan untuk memeriksa semua sampel Covid-19 yang menyebabkan terjadi penumpukan sampel. Hal itu disebabkan ada rumah sakit yang sempat kehabisan VTM, ada juga kehabisan Reagen PCR, dan juga ada laboratorium-laboratorium yang tidak melakukan pengerjaan.

“Itu kondisi minggu lalu, tapi kalau minggu ini saya belum terima informasi lagi, sedangkan Litbang Latkes kan yang hanya untuk tracing-nya akhirnya sampel menumpuk di sini. Tadi sudah diperiksa 188 sampel, tapi masuk lagi sampel hari ini (Selasa), jadi sisanya justru 378 sampel,” ujarnya.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Provinsi Papua dr.Silwanus Adrian Soemoele mengatakan sejauh ini belum ditemukan bukti Covid-19 varian Delta ada di Provinsi Papua.

“Belum bisa dibuktikan,” kata Soemoele membalas pesan WhatsApp Jubi, Senin, 12 Juli 2021.

Sebelumnya Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 6 Juli 2021 mencatat terdapat 436 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 varian Delta atau B.1.617.2 di sembilan provinsi di Indonesia. Provinsi Papua tidak termasuk.

Kesembilan provinsi adalah DKI Jakarta (195 kasus), Jawa Barat (134), Jawa Tengah (80), Jawa Timur (13), Banten (4), Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur (masing-masing 3 kasus), dan Gorontalo (1 kasus).

Lonjakan kasus Covid-19

Laporan Data Satgas Covid-19 Provinsi Papua per 8 Juli 2021 mencatat total selama pandemi jumlah warga positif Covid-19 di Papua 26.286 orang. Hari terakhir terjadi penambahan 405 kasus.

Soemoele mengatakan 405 kasus baru tersebut tertinggi sejak pertama kali Covid-19 ditemukan di Provinsi Papua. Pada 8 Juli 2021 juga dilaporkan kasus kematian sebanyak 10 orang yang berasal dari Kepulau Yapen 1 orang, Mimika 2 orang, Biak Nunfor 5 orang, dan Kota Jayapura 2 orang.

Berdasarkan analisis Tim Satgas Covid-19 Provinsi Papua, kata Soemoele, terjadi perubahan pola penyebaran Covid-19 yang tidak hanya disebabkan oleh kasus pergerakan orang seperti yang terjadi pada 2020.

Namun lonjakan Covid-19 di Papua disebabkan disiplin terhadap protokol kesehatan yang semakin menurun, pergerakan orang, dan cakupan vaksinasi yang belum menujukan hasil menggembirakan.

Ia memintna dukungan semua pihak dimulai RT, kampung, hingga pemerintah kabupaten dan kota, pemerintah pusat, kementerian lembaga untuk bersatu padu mengendalikan Covid-19 sehingga pelaksanaan PON XX lancar.

“Kami tim satgas akan melakukan evaluasi, karena kami sudah mengeluarakan analisis epidemelogi pada 7 Juli 2021,” ujarnya.

Tim Satgas Covid-19 Papua melakukan evaluasi setiap hari, namun akan dilaporkan atau evaluasi secara keseluruhan setiap dua minggu.

“Namun jika dalam perjalanannya kasus semakin meningkat maka evaluasi akan bisa dipercepat,” katanya. (*)

Editor: Syofiardi

Related posts

Leave a Reply