Papua No.1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan Deltacron merupakan varian baru gabungan BA.1 dan B.1617.2 yang telah memperoleh pengakuan dari otoritas berwenang di Inggris sebagai laporan yang sedang diawasi.
“Sekarang memang dilaporkan adanya varian hibrid Deltacron ini, yang disebut gabungan BA.1 dan B.1617.2. Di Inggris varian ini dimasukkan ke dalam variant surveillance report, ” kata Tjandra Yoga Aditama, dikutip Antara, Jumat, (18/2/2022).
Meski Tjandra mengatakan kemunculan varian Deltacron telah dilaporkan di Siprus sejak 2021, namun waktu itu banyak yang menganggap virus tersebut hanya sebagai pencemaran di laboratorium. Sedangkan pada 7 Januari 2022, sudah dikirim 25 sekuen varian Deltacron ke situs pengumpulan data global genom bernama GISAID.
“Deltacron baru ramai diperbincangkan pada Februari 2022,” kata Tjandra menjelaskan.
baca juga : Pemerintah perpanjang PPKM gencarkan vaksinasi
68-persen pasien Covid-19 meninggal belum vaksin
Satgas Ccovid-19-Papua Barat laporkan 7 kasus Oomicron
Tjandra yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan ada dugaan varian baru Deltacron terbentuk pada seseorang yang tertular dua varian sekaligus, yakni BA.1 dan B.1617.2. meski belum jelas apakah terjadi di Inggris atau merupakan kasus impor ke negara itu.
Selain itu WHO pada awal Januari 2022 menyebut ada kemungkinan seseorang dapat terserang beberapa varian SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 sekaligus.
“Seperti juga mungkin saja seseorang terinfeksi COVID-19 dan juga pada saat yang sama terinfeksi Influenza,” kata Tjandra menjelaskan.
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara 2018-2020 itu memastikan hingga sekarang belum ada informasi resmi dari UKHSA tentang kemungkinan penularan serta gejala yang timbul dari Deltacron.
“Walaupun ada pendapat beberapa pakar tentang Deltacron, nampaknya kita masih perlu menunggu beberapa waktu ke depan,” katanya.
Menurut Tjandra Deltacron dan Delmicron yang sempat ramai diperbincangkan publik pada Desember 2021 merupakan dua hal berbeda. Delmicron yang tadinya disebut-sebut sebagai gabungan dari varian Delta dan varian Omicron ternyata hal ini tidak benar. Istilah Delmicron hanyalah bermula dari keterangan Dr Shashank Joshi, salah seorang anggota satgas dari negara bagian Maharashtra di India yang kebetulan diwawancara media, bukan dalam bentuk tulisan ilmiah.
Sedangkan otoritas berwenang di India, termasuk yang ternama seperti Indian Council of Medical Research (ICMR) tidak pernah memberikan informasi tentang ada tidaknya Delmicron.
“Juga tidak ada pernyataan dari organisasi resmi apapun di India begitu juga tidak ada penjelasan dari pakar lain yang menyebutkan tentang Delmicron,” Tjandra menjelaskan. (*)
Editor Edi Faisol