Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Papua, Charles Brabar, mengatakan kekerasan seksual terjadi karena pengaruh lingkungan dan perkembangan teknologi.
Menurutnya, salah satu upaya untuk mengatasi hal itu adalah dengan memperbanyak sosialisasi tentang pendewasaan usia perkawinan.
“Sebenarnya ini menyangkut pendewasaan usia perkawinan. Kita tidak bisa melarang anak-anak kita dalam memanfaatkan teknologi tapi harus dimanfaatkan secara bijak,” jelas Brabar usai menghadiri upacara HUT Kota Jayapura ke-110 di Lapangan Trisila Lantamal X Jayapura, Sabtu (7/3/2020).
Menurut Brabar, pelecehan seksual baik anak-anak, remaja, dan dewasa laki-laki dan perempuan tak bisa dibenarkan karena menghancurkan psikologi orang mengalaminya.
“Kami bentuk pusat informasi konseling (PIK) di 427 kampung di Papua. Yang sudah kami optimalkan ada 30 lebih. PIK ini tidak berorientasi bukan di data tapi edukasi. Kami sudah lakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah hingga ke lingkungan masyarakat,” ujar Brabar.
Menurut Brabar, dengan melibatkan remaja tergabung dalam PIK ini untuk memberikan sosialisasi perlindungan kesehatan reproduksi terhadap anak-anak, remaja, dan dewasa baik laki-laki dan perempuan.
“Pendidikan seksual dan pemberian informasi tentang permasalahan pelecehan seksual dapat menghindarkan anak dari kekerasan seksual, seperti jangan mudah menerima pemberian orang asing, dan selalu minta izin orangua jika akan pergi. Orang tua harus berperan penting dalam menjaga anak-anaknya,” jelas Brabar.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3A-KB) Kota Jayapura, Betty Pui, mengatakan kasus kekerasan seksual dan anak yang ditangani Pusat Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak sejauh ini sebanyak delapan kasus.
“Sementara kami tangani dengan mediasi dan ini sudah ditindaklanjuti ke kepolisian. Ada kasus perselingkuhan, kekerasan, pelecahan seksual terhadap anak,” ujar Pui.(*)
Editor: Edho Sinaga