Papua No. 1 News Portal | Jubi
Makassar, Jubi – Legislator Papua, Emus Gwijangge mempertanyakan siapa sebenarnya oknum tukang ojek di yang melapor kepada oknum TNI di Pos Satuan Tugas atau Satgas Yonif 755/Yelet, sehingga memicu keributan antara oknum TNI dan anggota Polres Mamberamo Raya.
Akibat keributan tersebut, tiga anggota polisi tewas tertembak dan dua lainnya mengalami luka tembak, Minggu pagi (12/4/2020).
Menurut Emus Gwijangge, informasi yang beredar pemicu utama salah paham antara anggota TNI dan Polri tersebut berawal dari adu mulut seorang tukang ojek di wilayah itu dengan salah satu anggota polisi, beberapa hari sebelum insiden penembakan. Oknum anggota polisi itu merupakan rekan para korban.
Adu mulut terjadi, karena oknum polisi yang menyewa motor seorang tukang ojek di wilayah itu, tidak membayar sewa sesuai kesepakatan.
Tukang ojek kemudian melapor ke Pos Satgas Yonif 755/Yalet, dan terjadilah keributan antara oknum polisi yang menyewa motor ojek dengan beberapa oknum TNI.
“Kronologis kejadian ini mesti dipastikan. Kalau disebut pemicunya gara-gara masalah dengan tukang ojek, ini jadi pertanyaan tukang ojek itu siapa? Apakah dia ada jaringan, kenapa langsung melapor ke anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet, atau apa,” kata Emus Gwijangge melalui sambungan teleponnya, Senin (13/4/2020).
Kata Emus Gwijangge, oknum tukang ojek yang diduga terlibat adu mulut dengan seorang oknum polisi beberapa hari sebelum kejadian, mesti dimintai keterangan.
Ini untuk memastikan apakah oknum tukang ojek itu yang melapor langsung kepada Pos Satgas Yonif 755/Yalet, ataukah rekannya sesama tukang ojek.
“Kalau dia yang melapor langsung, apa alasannya. Apakah dia ada hubungan dengan anggota Pos Satgas Yonif/755 atau seperti apa. Mengapa ia mesti melapor ke pihak TNI, bukan ke Polres Mamberamo Raya, karena ia terlibat adu mulut dengan polisi,” ujarnya.
Informasi yang dihimpun, adu mulut antara seorang oknum polisi dan oknum tukang ojek di Mamberamo Raya terjadi, Jumat (10/4/2020).
Adu mulut yang diduga merupakan awal masalah itu, terjadi ketika oknum polisi yang menyewa motor ojek tidak membayar sesuai kesepakatan kedua pihak.
Saat adu mulut terjadi, beberapa rekan oknum tukang ojek tersebut kemudian menghubungi anggota TNI di Pos Satgas Yonif 755/Yalet.
Beberapa anggota TNI kemudian datang dan mencari oknum polisi yang menyewa motor ojek, kemudian terjadilah keributan antara oknum polisi dan oknum TNI.
Akan tetapi pada Sabtu (11/4/2020), Kapolres Mamberamo Raya, Raya AKBP Alexander Louw datang ke rumah oknum polisi yang terlibat keributan dengan oknum anggota TNI. Ketika itu, di rumah oknum polisi tersebut ada beberapa anggota Polres Mamberamo Raya.
Kapolres Mamberamo Raya mengingatkan para anggotanya agar tidak melakukan tindakan yang tak diinginkan, karena Kapolres sudah berkoordinasi dengan Dandim 1712 Sarmi, Pabung Mamberamo Raya, Danpos Yonif 755 untuk menyelesaikan masalah itu.
Akan tetapi tanpa sepengetahuan Kapolres Mamberamo Raya dan perwira lainnya, beberapa anggota Polres Mamberamo Raya mendatangi Pos Satgas Pamrahwan Yonif 755/Yalet di Kosonaweja, Minggu pagi (13/4/2020).
Para anggota Polres Mamberamo Raya itu datang ke Pos Yonif 755/Yalet dengan maksud menyelesaikan perselisihan yang melibatkan oknum anggota Polres dan oknum anggota Yonif 755 dua hari sebelumnya.
Namun keributan kedua pihak tak terhindarkan, dan terjadilah penembakan yang menewaskan tiga anggota polisi dan melukai dua orang lainnya.
Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw membenarkan jika insiden tersebut berawal dari kesalahpahaman kedua pihak, yang dipicu adu mulut antara seorang tukang ojek dengan oknum polisi. Adu mulut dipicu terkait harga sewa motor ojek yang tak sesuai kesepakatan kedua pihak.
Pernyataan itu dikatakan Kapolda Papua, saat bersama Pangdam XVII/Cenderawasih menjemput tiga jenazah korban dan korban luka di Base Ops Lanud Silaspapare, Kabupaten Jayapura pada Minggu malam (12/4/2020). (*)
Editor: Edho Sinaga