Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sekretaris Komunitas Sastra Papua (Ko’Sapa), Alex Giyai, mengatakan menulis artikel, opini, maupun berita merupakan agenda di komunitasnya.
“Kegiatan ini masih harus ditindaklanjuti, sebab menulis belum diminati oleh generasi muda sekarang,” katanya kepada Jubi melalui sambungan telepon, Minggu (3/11/2019).
Sejak didirikan pada 2009, Ko’Sapa terus giat membangkitkan semangat tulis menulis.
“Kami sudah banyak melakukan kegiatan kegiatan yang membangkitkan anak-anak untuk berkecimpung di dunia tulis menulis, sebab menulis itu penting,” katanya.
Lanjut Giay, Ko’Sapa punya misi besar agar anak-anak ini bisa menulis. Kalau mereka sudah mahir itu tergantung mereka.
“Mereka mau menulis tentang budaya, sastra, pendidikan, atau soal politik itu tergantung mereka,” katanya.
Giay mengatakan tugas mereka adalah bagaimana memfasilitasi generasi muda ini untuk terus bisa menuangkan ide gagasan mereka.
“Target kami adalah bagaimana melahirkan penulis-penulis muda Papua,” katanya.
Sejauh ini, pihaknya sudah melakukan pelatihan menulis di kampus-kampus di Papua, sekolah, asrama mahasiswa, paguyuban, pemuda gereja, bahkan di daerah-daerah.
“Hasil dari pelatihan menulis, banyak generasi yang kemudian mengeksplorasi bakat mereka di koran. Tetapi mereka tidak melakukan secara rutin mereka menulis ketika ada ada ide menulis,” katanya.
Giay mengatakan pelatihan menulis khusus di bidang sastra budaya. Sebab menurutnya ini penting. Dengan lajunya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi budaya sastra ini akan tergerus, karena perkembangan tersebut.
“Saya pikir generasi muda juga harus menyadari hal ini. Kita tidak bisa hanya bicara bicara saja. Tapi kita juga harus menulis menyelamatkan karya-karya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Agar dipelajari oleh generasi yang akan datang sebagai pendidikan nilai,” katanya.
Penulis Novel Lembayung Senja, Alfrida Yomanop, mengatakan pelatihan menulis itu akan sangat membantu.
“Saatnya generasi muda berkolaborasi menulis berbagai buku,” katanya.
Yamanop mengatakan untuk penulis pemula, jangan dilihat dari kualitas, tapi dilihat dari kuantitas.
“Dengan begitu banyak orang Papua generasi muda bisa muncul,” katanya. (*)
Editor: Syam Terrajana