Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jakarta, Jubi – Korban meninggal dalam ledakan dahsyat yang terjadi di pelabuhan Beirut, Libanon, pada Selasa (4/8/2020) lalu bertambah mencapai 135 orang. Kementerian Kesehatan Libanon menyatakan 5 ribu orang mengalami luka akibat kejadian itu.
Menurut Gubernur Beirut, Marwan Abboud, mengatakan jumlah kerugian akibat ledakan dahsyat itu ditaksir mencapai Rp217,5 triliun. Termasuk hitungan sebanyak 300 ribu penduduk Beirut kehilangan tempat tinggal akibat rusak terkena dampak ledakan.
Ledakan itu diduga dipicu oleh petasan yang tersulut di gudang pelabuhan Beirut, yang menyimpan 2.750 ton senyawa amonium nitrat. Senyawa kimia itu memiliki daya ledak tinggi dan sering digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk dan peledak.
Berita terkait : Ledakan di Beirut menewaskan 100 orang
Presiden Trump sebut ledakan di Beirut seperti serangan bom
Tercatat amonium nitrat itu disita dari sebuah kapal berbendera Moldova, MV Rhosus, pada 2013. Kepala Bea Cukai Libanon, Badri Daher, menyatakan sudah enam kali meminta agar kapal itu dipindahkan atau muatannya dikirim ke lokasi yang lebih aman, karena mudah terbakar dan bisa membahayakan para pekerja di pelabuhan.
Sedangkan ledakan itu membuat kawah seluas 200 meter di pelabuhan yang digenangi air Laut Mediterania. Bahkan tangki yang menyimpan 85 persen gandum hasil produksi Libanon yang berada di lokasi kejadian hancur. Proses evakuasi dan penyelidikan masih berlangsung. Sejumlah negara dari kawasan Timur Tengah hingga Amerika Selatan menyatakan duka cita dan mengirim bantuan ke Libanon.
Presiden Libanon, Michel Aoun, menyatakan berjanji akan menggelar penyelidikan terkait ledakan itu secara terbuka. Dia juga menjanjikan akan menghukum pihak-pihak yang dinilai bertanggung jawab.
Sampai saat ini kepolisian setempat telah menetapkan sejumlah pejabat di badan pelabuhan Beirut sebagai tahanan rumah, terkait proses penyelidikan. (*)
CNN Indonesia
Editor : Edi Faisol