Rangkaian kekerasan di Hitadipa 17-20 September 2020 – Ilustrasi Jubi
Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Sejak TNI menambah jumlah pasukannya di Intan Jaya, kekerasan baru terus terjadi di Distrik Hitadipa, Sugapa, Ugimba, dan Wandai. Berikut ini adalah kronik kekerasan dari Desember 2019 hingga September 2020.
1.Penambahan pasukan (13-14 Desember 2019) dan penembakan 2 anggota TNI AD (17 Desember 2019)
Penambahan pasukan dalam skala yang signifikan terjadi di Intan Jaya sejak pertengahan Desember 2019, dengan tiga helikopter yang disiagakan di lapangan terbang Soko Paki, Bilogai. Warga di Sugapa bersaksi pada 14 Desember 2019 pukul 18.00 WIT sebuah helikopter terbang berputar-putar di atas wilayah Yokatapa dan Bilogai di Sugapa.[1] Penambahan pasukan berlanjut hingga 16 Desember 2019.
Sekretaris II Dewan Adat Papua, John NR Gobai menyatakan penambahan pasukan TNI dalam skala besar terjadi di sejumlah kabupaten yang berada di Wilayah Adat Meepago (Intan Jaya, Paniai, Dogiyai, Deiyai) pada tanggal 13 dan 14 Desember 2019. Pada tanggal 13 Desember 2019, terhitung ada empat kelompok penerbangan prajurit TNI yang diturunkan di Kabupaten Paniai dengan helikopter TNI AU. Pada 14 Desember 2019, lebih dari lima truk aparat keamanan berangkat dari Nabire menuju kearah Dogiyai, Paniai dan Deiyai.[2]
Meskipun banyak warga menyaksikan pengiriman pasukan TNI yang terjadi pada 12 – 14 Desember 2019, Kantor Berita Antara melansir pernyataan Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Sisriadi yang membantah ada penambahan pasukan TNI menjelang perayaan Natal di Papua. Sisriadi menyatakan pengamanan Natal di Papua hanya dilakukan oleh pasukan TNI yang sudah ada di Papua.[3] Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Mustofa Kamal juga menerbitkan siaran pers tertulis yang membantah ada penambahan pasukan di Intan Jaya.[4]
Sulit meraih informasi yang jelas tentang penambahan pasukan organik maupun non organik dalam operasi yang dilakukan TNI/Polri di Intan Jaya. Pasca restrukturisasi organisasi TNI pada 27 September 2019, Tim Kemanusiaan juga sulit mengidentifikasi pembagian tugas di antara para pemangku kepentingan seperti Kodam XVII/Cenderawasih, Korem 173/PVB, maupun Kogabwilhan III. Namun, Kogabwilhan III terkesan lebih berwenang dan berperan dalam operasi keamanan di Intan Jaya.
Sepanjang rangkaian kekerasan dan konflik bersenjata di Intan Jaya, penyampaian informasi kepada publik lebih banyak dilakukan Penerangan Kogabwilhan III. Pasca penembakan Pendeta Yeremia Zanambani misalnya, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kol Czi IGN Suriastawa membuat pernyataan sepihak, menyebut Pendeta Yeremia ditembak oleh TPNPB. Pada masa sebelumnya, penyampaian informasi sejenis lebih banyak dilakukan Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih.
Para pejabat Kogabwilhan III juga aktif menemui berbagai pihak, termasuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Perwakilan Papua, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya. Pada 6 November 2020, Kantor Berita Antara melansir pernyataan Asops Kaskogabwilhan III Brigjen TNI Suswatyo yang menyatakan TNI bersama Polri terus melanjutkan operasi penegakan hukum di Intan Jaya. “Kami tetap melanjutkan operasi sampai daerah Sugapa kompleks menjadi lebih aman lagi ke depan. Kami tidak akan mundur, tetap melaksanakan tugas operasi di sana,” kata Brigjen Suswatyo.[5]
Sejak pertengahan Desember 2019 eskalasi konflik bersenjata di Intan Jaya meningkat dengan cepat. Kontak tembak antara TNI dan TPNPB terjadi pada 17 Desember 2019, ketika sepasukan prajurit TNI yang sedang berpatroli di Sugapa diserang TPNPB.[6] Komandan Operasi TPNPB Komando Daerah Pertahanan (Kodap) Intan Jaya, Sabinus Waker dan juru bicara TPNPB Sebby Sambom menyatakan bertanggungjawab atas penembakan yang menewaskan Lettu Inf Erizal Zuhri Sidabutar (berasal dari Satuan Penanggulangan Teror 81 Kopassus, Jakarta) dan Serda Rizky Ramadhan (prajurit Kopassus, Jakarta) itu.[7]
Pada 20 Desember 2019, Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni meminta TPNPB maupun TNI bersama-sama menarik diri dari Intan Jaya. Natalis Tabuni juga membuat surat edaran bernomor: 300/212/BUP tertanggal 20 Desember 2019, meminta penarikan pasukan TNI/Polri dari Intan Jaya.[8]
“Akhir-akhir ini terjadi kurang kondusif. Ini membuat mengganggu suasana masa penantian kedatangan Sang Juru Selamat Umat Manusia, yakni Yesus Kristus. Untuk meningkatkan stabilitas keamanan menjelang pesta Natal 2019 dan menyongsong Tahun Baru 2020, saya minta dengan tegas TPNPB dan TNI/Polri segera tinggalkan Intan Jaya,” ujar Natalis Tabuni.[9]
2. Kontak senjata antara TPNPB dan TNI-Polri (26 Januari 2020)
Penembakan terjadi di Ologotugapa, sebuah kampung dekat Holomama dan Kampung Mamba, Distrik Sugapa, pada 26 Januari 2020. Dalam peristiwa itu, seorang warga sipil bernama Alex Kobogau (28 tahun) meninggal dunia. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Asep Adi Saputra menyatakan Alex Kobogau tewas usai baku tembak.[10] Aparat keamanan meng-klaim Alex Kobogau adalah anggota TPNPB. Akan tetapi, para warga setempat menyatakan Alex Kobogau adalah warga sipil dan bukan anggota TPNPB[11].
Pada hari yang sama, seorang anak bernama Jakson Sondegau (8 tahun) terluka tembak di perut saat sedang bermain-main di sekitar rumahnya yang terletak di sekitar Markas Koramil Yokatapa. Di Yokatapa, seorang anak lainnya bernama Yopi Sani Yegeseni (14 tahun), menjadi korban penganiayaan.
3. Penembakan terhadap Melki Tipagau, Kayus Sani, Heletina Sani, dan Malopina Sani (18 Februari 2020)
TNI meng-klaim ada kontak tembak antara TNI dan TPNPB terjadi di Kampung Gulanggama dan Japaro Komplek pada 18 Februari 2020. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Kolonel CPL Eko Daryanto menyatakan pasukan TNI melihat sekelompok orang membawa dua pucuk senjata api, sehingga menyerang kelompok itu. Eko menyatakan seorang anggota TPNPB bernama Melki Tipagau tewas dalam kontak tembak itu. [12]
Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom membantah pihaknya terlibat kontak senjata dengan pasukan TNI di Gulanggama. Sambom menyatakan TNI menembak empat warga sipil, lalu berdalih terlibat kontak senjata dengan TPNPB.[13]
Sumber yang berbeda menyatakan Melki Tipagau adalah anak berumur 12 tahun.
Sumber itu juga menyatakan ada seorang warga bernama Kayus Sani (51 tahun) tewas ditembak saat berada di dalam rumahnya. Kayus Sani adalah anggota Badan Pengurus Gereja Setempat (BPGS) Stasi Gulunggama, Paroki Bilogai, Keuskupan Timika yang tengah dirawat karena luka tembak terdahulu, hingga akhirnya tewas tertembak pada 18 Februari 2020. Melki dan Kayus tewas ditembak saat TNI melakukan penyisiran dan pencarian senjata di Gulanggama dan Japaro Komplek. Ada dua warga lain yang turut terluka dalam insiden itu, yaitu Heletina Sani (31 tahun, ibu dari Melki Tipagau), dan Malopina Sani (11 tahun, pelajar).
4. Penembakan 2 Tenaga Medis di Distrik Wandai ( 22 Mei 2020)
TPNPB menembak dua tenaga medis Dinas Kesehatan Intan Jaya, Heniko Somou dan Alemanek Bagau di Kampung Kititapa, Distrik Wandai. Kronologi Humas dan Protokoler Sekretariat Daerah Kabupaten Intan Jaya, menyatakan pada 21 Mei 2020 Heniko Somou dan Alemanek Bagau mengambil obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Intan Jaya di Yokatapa, Distrik Sugapa. Esoknya, mereka membawa obat itu ke Distrik Wandai. Pada 22 Mei 2020 petang, sekitar pukul 18.40 WIT, Media Center Gugus Tugas Covid-19 menerima laporan bahwa Heniko Somou dan Alemanek Bagau ditembak orang tidak dikenal. [14]
Kepala Bidang Humas Polda AM Kamal menyatakan penembakan itu terjadi setelah Heniko Somou memperingatkan para warga di Pasar Kampung Mbugulo, bahwa ada sekelompok TPNPB dari Distrik Ndeotadi memasuki Distrik Wandai. Penyampaian informasi itu ternyata diketahui oleh TPNPB, yang lantas mengejar Heniko Somou. Kamal menyatakan Heniko sempat melarikan diri dengan mendatangi rumah Alemanek Bagau, namun TPNPB menembaki Heniko. Alemanek yang mencoba menolong Heniko juga ditembak dan dianiaya TPNPB. Heniko tewas dalam insiden itu, sementara Alemanek selamat dan menjalani perawatan atas luka yang dideritanya.[15]
Pastor Paroki Bilogai, Pastor Yustinus Rahangiar Pr menyatakan Heniko Somou dan Alemanek Bagau adalah petugas kesehatan di Distrik Wandai. “Heniko saya tidak terlalu kenal, tetapi Alemanek Bagau tenaga medis lama di Wandai, mantri kesehatan. Alemanek dikenal banyak orang di Wandai. Dia tiba di Pastoran Bilai dalam kondisi setengah sadar. Kami membantu mengantar dia untuk dirawat di Bilogai, Dewan Paroki yang antar. Pasca penembakan Heniko dan Alemanek itu, aktivitas pemerintahan di Distrik Wandai terhenti sampai sekarang,” kata Pastor Yustinus.[16]
Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom sempat membantah jika pihaknya yang menjadi pelaku penembakan dua tenaga medis itu.[17] Belakangan, beredar video sekelompok anggota TPNPB mengakui menembak kedua tenaga medis itu. Mereka melakukan penembakan itu karena menganggap Alemanek Bagau dan Heniko Somou mata-mata aparat keamanan. [18] [19]
5. Penembakan Yunus Sani (29 Mei 2020)
TPNPB menembak warga bernama Yunus Sani. Pembunuhan itu diketahui dari penuturan Pastor Niko Wakey, yang mendengar beberapa kali suara tembakan saat memperbaiki rantai sepeda motor yang putus di Kampung Mbugulo, Distrik Wandai. Pastor Niko lantas mendatangi arah sumber suara tembakan itu, dan bertemu dengan tiga orang yang mengaku sebagai TPNPB. Ia juga melihat jenazah Yunus Sani. Ketiga orang itu mempersilahkan Pastor Niko membawa jenazah Yunus Sani, namun Pastor Niko takut dan memilih berpamitan untuk melanjutkan perjalanannya.
Pada 30 Mei 2020, Pater Niko kembali mendatangi lokasi itu, untuk mengevakuasi jenazah Yunus Sani. Ia sempat bertemu lagi dengan TPNPB yang lantas mengawalnya dari Kampung Magataga menuju seberang Kali Kemabu. “Tentara hutan” meninggalkan Pastor Niko di seberang kali, membiarkan Pater dan warga setempat membawa jenazah Yunus Sani ke Kampung Mamba di Distrik Sugapa.
Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom menyatakan pihaknya bertanggung jawab atas insiden penembakan Yunus Sani. Sambom menyatakan Yunus Sani adalah mata-mata aparat keamanan Indonesia. “Mereka [korban] memiliki pistol dan HT [atau handy talkie], serta kartu anggota BMP [atau Barisan Merah Putih]. Oleh karena itu TPNPB berani tembak mati. Kami sudah tahu siapa Yunus Sani, dia sudah lama kerja sama dengan aparat atau mata-mata TNI dan Polri saat perang di Intan Jaya pada 2019,” kata Sambom.[20]
6. Penembakan La Ode Anas Munawir dan Fathur Rahman (14 September 2020)
Terjadi penembakan terhadap warga sipil bernama La Ode Anas Munawir. La Ode Anas ditembak TPNPB di Bilogai, Distrik Sugapa, dan menjalani perawatan luka tembak di bahunya, kemudian menjalani perawatan medis di Puskesmas Yokatapa di Sugapa.[21] Suarapapua.com menyebutkan La Ode Anas ditembak di tempat jual togelnya yang terletak di Tigamajigi, Kampung Bilogai, Distrik Sugapa. Seorang pengemudi ojek, Fathur Rahman (23) juga ditembak pada 14 September 2020. Fatur ditembaki dari arah ketinggian seusai mengantar penumpang dari Kampung Titigi ke Distrik Sugapa.
7. Pembunuhan Ahmad Baidlowi dan Serka Sahlan (17 September 2020)
Pada 17 September 2020 pagi, jenazah Ahmad Baidlowi ditemukan di belakang SD YPPK Santo Misael Bilogai di Distrik Sugapa. Jenazah Baidlowi ditemukan luka tangan kiri terputus, dan diduga meninggal karena kehabisan darah.[22]
Penembakan juga terjadi pada pukul 14.20 WIT, ketika TPNPB menembak sepasukan prajurit TNI yang sedang dalam perjalanan dari Distrik Sugapa menuju Markas Koramil Persiapan Hitadipa. Rombongan prajurit TNI yang sedang bersepeda motor itu ditembaki TPNPB, hingga seorang prajurit TNI bernama Serka Sahlan tewas tertembak. TPNPB juga merampas senjata api jenis SS1 dari Serka Sahlan.[23] Penembakan Serka Sahlan, serta perampasan SS1 itu melatarbelakangi rangkaian intimidasi serta kekerasan yang terjadi di Hitadipa pada 19 September 2020. (*)
Catatan kaki
[1] https://suarapapua.com/2019/12/17/baku-tembak-pecah-di-intan-jaya-jelang-natal/
[2] https://arsip.jubi.id/dpr-papua-didesak-minta-klarifikasi-terkait-pengiriman-pasukan-ke-beberapa-kabupaten/amp/
[3] https://papua.antaranews.com/nasional/berita/1217408/kapuspen-tni-sebut-tak-ada-pengamanan-khusus-jelang-natal-di-papua?utm_source=antaranews&utm_medium=nasional&utm_campaign=antaranews
[4] https://arsip.jubi.id/polda-papua-bantah-ada-penambahan-pasukan-ke-intan-jaya/
[5] https://www.antaranews.com/berita/1826956/kogabwilhan-iii-tni-tetap-lanjutkan-operasi-di-sugapa
[6] https://tirto.id/dua-prajurit-tni-meninggal-dalam-kontak-senjata-di-intan-jaya-enGy
[7] https://suarapapua.com/2019/12/17/baku-tembak-pecah-di-intan-jaya-jelang-natal/
[8] https://7to7papua.com/2019/12/24/surat-edaran-bupati-intan-jaya-untuk-menarik-tni-polri-viral-di-media-sosial/
[9] https://arsip.jubi.id/bupati-intan-jaya-minta-tpnpb-dan-tni-polri-segera-tinggalkan-intan-jaya/
[10] https://www.liputan6.com/news/read/4165325/1-anggota-kkb-di-papua-tewas-usai-baku-tembak-dengan-aparat
[11] https://arsip.jubi.id/dap-minta-tim-pencari-fakta-komnas-ham-datang-ke-intan-jaya/
[12] https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200219100031-20-475982/tni-polri-tembak-mati-anggota-kksb-di-intan-jaya
[13] https://www.reuters.com/article/us.indonsia-papua/indonesian-military-say-papuan-separatist-killed-in-shootout-iduUSKBN20D1D5
[14] https://suarapapua.com/2020/05/23/ini-kronologi-penembakan-dua-asn-petugas-medis-di-intan-jaya/
[15] Lihat https://suarapapua.com/2020/05/23/ini-kronologi-penembakan-dua-asn-petugas-medis-di-intan-jaya/ dan https://arsip.jubi.id/tenaga-kesehatan-intan-jaya-dianiaya-pelakunya-tak-dikenal-papua/ dan https://www.jakartapost.com/news/2020/05/24/opm-saya-tni-police-shot-medical-workers-in papua.html
[16] Wawancara Tim Kemanusiaan, 9 November 2020.
[17] https://nasional.tempo.co/read/1345510/opm-membantah-tembak-2-tenaga-medis-di-intan-jaya-papua/full&view=ok
[18] https://suarapapua.com/2020/06/03/video-tpnpb-akui-tembak-dua-tenaga-kesehatan-di-intan-jaya/
[19] https://www.youtube.com/watch?v=IWkzsDQy2lM&feature=emb_err_woyt
[20] https://tirto.id/tpnpb-klaim-tembak-mati-mata-mata-di-intan-jaya-papua-fESQ
[21] https://suarapapua.com/2020/09/15/dua-tukang-ojek-di-intan-jaya-ditembak-otk/
[22] https://tirto.id/polda-papua-selidiki-kasus-kekerasan-penembakan-di-intan-jaya-f4HQ
[23] https://www.beritasatu.com/surya-lesmana/nasional/677755/opm-klaim-rampas-senjata-dari-aksi-serangan-di-intan-jaya