Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Setelah sempat mereda pada akhir 2021, pada awal 2022 ini penularan Covid-19 kembali meningkat di Provinsi Papua. Peningkatan penularan diduga karena aktivitas masyarakat yang melakukan perjalanan dari luar Papua.
Data Satgas Penanganan Covid-19 Papua per 2 Februari 2022 tercatat 394 orang terkonfirmasi virus Covid-19. Mereka yang terjangkit tertinggi berada di Kota Jayapura sebanyak 155, lalu Kabupaten Kepulauan Yapen 81 kasus, Kabupaten Mimika 68 kasus, Kabupaten Biak 31 kasus, Kabupaten Paniai 25 kasus, dan Kabupaten Merauke 14 kasus.
Kemudian Kabupaten Jayapura 8 kasus, Kabupaten Mappi 5 kasus, Kabupaten Nabire 3 kasus, serta Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Asmat masing-masing 2 kasus.
“Kita belum tahu kasus ini ada Omicron atau tidak, sekarang ini banyak sekali orang mengalami batuk beringus, kemudian panas, loyo begitu, harus diperiksa bisa jadi Covid-19,” kata dr. Arry Pongtiku, sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
BACA JUGA: Sudah ada warga Kota Jayapura terpapar Omicron
Pongtiku mengatakan peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di Papua kebanyakan berasal dari masyarakat yang melakukan perjalanan dari luar Papua dengan menggunakan kapal laut. Karena itu ia berharap pintu-pintu masuk dari Pelabuhan laut tersebut harus diperketat. Ia juga mengimbau agar masyarakat lebih disiplin memakai masker, terlebih ketika berpergian ke luar dari rumah.
“Kasus korona itu banyak asalnya dari penumpang kapal, karena beberapa waktu lalu 32 kasus tersebut dilaporkan dari kapal. Peningkatan di Yapen juga berasal dari kapal,” ujarnya.
Menurut Pongtiku kasus Covid-19 di Papua bisa terus meningkat sehingga masyarakat dianjurkan untuk menerima vaksinasi. Hingga kini vaksinasi Covid-19 di Papua masih sekitar 30 persen. Data ini terus diperbaharui karena ada kendala pengimputan data penerima vaksinasi, karena ada masyarakat yang menerima vaksin tetapi tidak mempunyai KTP dan ganggunan jaringan internet yang sering terjadi di Papua.
“Dengan semakin banyaknya orang divaksin maka Indonesia bisa bebas dari virus korona, karena Indonesia punya imunisasi itu sudah 70 persen. Hanya saja di Papua masih 30 persen sehingga harus terus di genjot,” katanya.
Sampel suspek Omicron di Papua bertambah
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Provinsi Papua dr. Antonius Oktovianus mengatakan ada penambahan sampel suspek Omicron di Papua. Hingga kini ada 60 sampel suspek Omicron yang sedang diperiksa Balitbangkes Papua.
“Kita running yang pertama itu 48 sampel, ada penambahan 8 sampel dari Merauke dan 4 dari Rumah Sakit Marthen Indey, jadi totalnya ada 60 sampel,” ujarnya.
Oktovianus mengatakan lima sampel pertama terduga Omicron yang diteliti masih dalam tahapan analisis di super komputer. Hasilnya akan disampaikan kepada Kementerian Kesehatan yang kemudian berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Papua untuk diumumkan.
“Sudah hampir selesai lima sampel pertama, tapi belum clear,” katanya.
Dalam Surat Keputuasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/menkes/4842/2021 menjelaskan ada sembilan kriteria yang menjadi rujukan dalam pemeriksaan sampel Omicron. Di antaranya pelaku perjalanan internasional atau pekerja migran yang tiba di Indonesia, orang dari daerah perbatasan Indonesia dengan negera tetangga, area di mana terjadi peningkatan kasus dan kluster atau penularan yang cepat.
Kemudian orang yang berpartisipasti dalam uji coba vaksin dan atau telah divaksinasi secara lengkap (full dose), orang dengan riwayat infeksi dan infeksi ulang, orang dengan gangguan kekebalan tubuh dan penyakit komorbid seperti HIV dan TB, dan anak-anak dengan usia di bawah 18 tahun pada daerah yang terjadi peningkatan kasus pada anak.
Selanjutnya orang yang sakit parah yang berusia di bawah 60 tahun dan tidak memiliki penyakit penyerta, dan semua kasus positif SARS-CoV-2 yang kontak dengan kasus SARS-CoV-2 Varian of Concern dan Varian of Interest.
“Jadi nggak semua serta merta diperiksa Omicron juga, reagen kami [Balitbangkes Papua] juga terbatas,” ujarnya.
Apapun jenis varian Covid-19 baru yang muncul, kata Oktovianus, yang terpenting adalah masyarakat tetap melakasanakan protokol kesehatan yang telah dianjurkan pemerintah.
“Ini menjadi salah satu bagian penting dari menekan laju penyebaran virus Covid-19 di Indonesia dan secara khusus di Papua,” katanya. (*)
Editor: Syofiardi