Kadisdik Nabire: Siswa tamatan SD di wilayah 3T dilarang melanjutkan sekolah di Kota

Papua
Kadisdik Nabire, Yulianus Pasang di ruang kerjanya – Jubi/Titus Ruban.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Nabire, Jubi – Dinas Pendidikan (Disdik) Nabire, Papua, tidak mengizinkan siswa-siswi tamatan sekolah Dasar (SD) di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMP di wilayah kota.

Kepala Disdik, Yulianus Pasang, bahkan sudah mengirim surat edaran tentang pembatasan penerimaan siswa. Sehingga tamatan dari daerah 3T tetap melanjutkan ke jenjang berikutnya di wilayah itu, kecuali sekolahnya tidak atau belum ada.

Read More

“Untuk ini saya sudah sebarkan edaran ke daerah 3T. Jadi misalnya anak tamatan SD di Distrik Moira, jangan lagi ke kota, sebab di sana ada SMPnya, maka tidak ada lagi tamatan SD ke Kota” ujar Pasang di Nabire, Rabu (9/6/2021).

Menurutnya, Disdik akan terus berupaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di setiap jenjang dan wilayah. Sehingga sekolah di wilayah 3T terus berkembang dan maju seperti di wilayah perkotaan.

Menurutnya, dibukanya sekolah-sekolah di wilayah tertinggal adalah untuk mendekatkan pendidikan kepada masyarakatnya, sehingga aksesnya lebih mudah di jangkau.

“Kalau sekolah ada di sana, kenapa harus ke kota,” tutur Pasang.

Dia menilai, anak ke kota untuk bersekolah lantaran ada faktor dari anak itu sendiri yakni ingin berada di kota, atau keraguan orang tua terhadap mutu pendidikan di daerah 3T.

Padahal di wilayah kota akan banyak efeknya terhadap anak yang lebih berbahaya dibandingkan di kampung-kampung.

Faktanya di kota anak bisa terjerumus dan mengkonsumsi aibon, miras, merokok dan sebagainya.

“Jadi kalau di kampung, sebenarnya lebih mudah orang tua pantau anak dibandingkan di kota,” ucapnya.

Sehingga, Kadisdik meminta para orang tua di wilayah 3T untuk memahami dan menyekolahkan anaknya tidak di Kota.

Ia berharap orang tua mengutamakan anak dan terus memantau perkembangannya serta orang tua harus membimbing dan menuntun anaknya sekalipun tidak bersekolah di kota.

“Jangan pikir sekolah di kampung itu tidak bagus, semua mutu sama. maka semua elemen, baik orang tua, aparat kampung untuk berperan aktif dalam memajukan pendidikan di daerah 3T. dan ingat, edaran sudah turun, anak di sana jangan datang sekolah di kota,” harapnya.

Pemerhati pendidikan di Distrik Moora, Sokrates May mengatakan, Disdik Harus tegas dan melarang sekolah-sekolah SMP di wilayah kota untuk tidak menerima siswa tamatan SD yang berasal dari Distrik Moora.

Sebab menurut May, Distrik Moora sudah memiliki SMP di Kampung Hariti yang dapat menampung siswa-siswi tamatan SD di wilayah itu.

“Sebagai masyarakat sekaligus orang tua murid, saya minta dinas tegas. Dan melarang SMP di wilayah Kota untuk menerima anak-anak dari Moora,” tuturnya.

Menurutnya, tujuan pembangunan SMPN 1 Moora adalah untuk mendekatkan pendidikan bagi anak-anak masyarakat yang ada di wilayah kepulauan, akan tetapi faktanya jumlah murid di sekolah menengah itu hanya dihitung dengan jari.

Padahal sesuai data, Distrik Moora memiliki empat Kampung dan empat Sekolah Dasar, bahkan sedikitnya untuk Tahun ajaran 2020/2021, terdapat 50 murid yang mengikuti ujian akhir dan jumlah ini kurang lebih untuk setiap tahun pelajaran.

Sedangkan untuk Tahun ajaran sebelumnya yakni pertama sekolah dibuka yaitu tahun ajaran 2019/2020 hanya terdapat 7 murid, sementara di akhir tahun pelajaran 2021/2021 hanya 6 murid peserta ujian.

“Pertanyaannya, kalau anak sekolah di Kota, kenapa harus ada SMP di Kampung. Saya minta Dinas tegas dan orang tua juga jangan kasih anak sekolah di kota, kita ada SMP di sini (kampung),” ungkap May.

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply