Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano menyatakan para tetua adat, tokoh lembaga masyarakat adat, serta para Ondoafi dari Tobati, Enggros, dan Hamadi telah bersepakat untuk menamai jembatan yang menghubungkan Hamadi dan Holtekamp dengan nama Jembatan Youtefa. Benhur meminta kesepakatan para tokoh itu dihormati, dan jangan ada pihak yang ingin mengganti nama jembatan itu.
“Jangan lagi mengubah nama jembatan ini, sebab kami telah bersepakat dan memutuskan nama jembatan ini sesuai kesepakatan [para] tua adat. Jika ada yang mengubah kami akan melawan,” kata Mano saat membuka Festival Teluk Humbold yang ke 11 di Pantai Hamadi, Senin (5/8/2019).
Mano mengatakan siapapun yang berada di Tanah Papua harus menghargai hak adat orang asli Port Numbay. ”Jangan menginjak-injak hak kami,” tegas Mano.
Mano menambahkan, ia juga akan membuat peraturan daerah yang mengatur bahwa hanya warga asli Port Numbay yang bisa berjualan di sepanjang Pantai Base G dan Pantai Hamadi di Kota Jayapura.
“Saya akan membuat peratura daerah [itu], agar masyarakat adat Port Numbay bisa hidup dari jualannya. [Peraturan daerah itu penting] untuk mengangkat ekonomi kreatif masyarakat Port Numbay,” katanya.
Nantinya, lanjut Mano, di sepanjang Pantai Hamadi akan dijual beraneka makanan khas Port Numbay. Pengaturan dengan peraturan daerah diharapkan juga memudahkan para wisatawan dari luar Jayapura untuk bisa menikmati makanan dan cinderamata yang dijual orang asli Port Numbay.
Warga Enggros, Samuel Meraudje mengatakan ia mendukung pernyataan Wali Kota Jayapura itu. “Apa yang di sampaikan Wali Kota Jayapura itu benar. Untuk melindungi orang asli Port Numbay, harus adat peraturan daerah [yang menjamin] hak kami berpatisipasi di daerah kami sendiri,” katanya. (*)
Editor: Aryo Wisanggeni G