Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Ketua Dekenat Teluk Cenderawasih, Romo Yohanes Agus Setiyono, SJ mengajak umatnya untuk merenungkan Paskah di tengah pandemi covid-19 sebab Tuhan lebih besar dari apapun. Umat Kristiani merayakan Paskah di rumah masing-masing, lalu muncul pertanyaan, bukankah Tuhan lebih besar dari covid-19? Mengapa manusia takut mati hanya karena virus? Dan seolah-olah tidak ada iman lagi di bumi ini, benarkah demikian?
Sebagai orang percaya, Tuhan lebih besar dari apapun maka umat-Nya tidak boleh gentar menghadapi situasi yang berat sekalipun seperti saat ini. Namun kebesaran Tuhan itu tidak untuk menyatakan keinginan manusia semata yang rapuh dan berdosa. Sebab manusia beriman sekalipun tetap bisa kena virus corona, jika diizinkan Tuhan. Maka, manusia tidak boleh mencobai Tuhan seperti ketika Yesus dicobai iblis, saat Dia diminta mengubah patung menjadi roti dan Yesus tidak mau.
“Sebab kehendak Bapak (Tuhan), bukan kehendak Putra-Nya (Yesus) dan kehendak Tuhan bukanlah kehendak manusia. Manusia tetap hidup dalam keterbatasannya sehingga kita selalu membutuhkan pertolongan dari Tuhan dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi. Tuhan member manusia hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan sehingga dapat mengatasi wabah ini secara bersama-sama, melalui peran masing-masing agar secara bersama pula kita mewujudkan dalam semangat iman di saat pandemi menjangkit saat ini,” ujar Romo Agus, saat memimpin misa malam Paskah di RRI Nabire, Sabtu (11/4/2020) malam.
Dikatakan Romo Agus, perayaan vigili paskah yang agung atau malam Paskah adalah untuk menyambut peristiwa agung yakni Yesus beralih dari kematian menuju kebangkitan. Sedangkan Minggu Paskah adalah kebangkitan Tuhan Yesus sesuai dengan pesan-Nya, bahwa setelah Ia
wafat, pada hari ketiga akan kebangkitan yang dinyatakan kepada para murid melalui kuburnya yang kosong.
Yesus adalah Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa karena kelemahan manusia. Namun Yesus yang membawa kuasa Allah dengan menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat, dan membangkitkan orang mati, diceritakan wafat di kayu salip. Kematiannya bukan karena kelemahan Tuhan, tapi karena kelemahan dan dosa manusia.
“Dan kematian-Nya bukan akhir dari cerita Tuhan Yesus, sebab Dialah kebangkitan dan kehidupan yang telah mengalahkan kuasa maut. Sehingga barang siapa percaya kepada-Nya, ia akan di bangkitkan bersama dengan Dia meskipun ia sudah mati dan barang siapa hidup. Dia tidak akan mati selama-lamanya. Tidak ada kematian kekal bagi orang yang beriman karena dengan iman kita pantang menyerah dan pantang berputus asa. Dengan iman pula manusia diberi kekuatan yaitu kemampuan untuk mengaatasi masalah pandemi yang menerjang seluruh dunia saat ini,” kata Romo Agus.
Dalam situasi krisis dan bencara pandemi covid-19, lanjut Romo Agus,Tuhan juga hadir dan menunjukkan hal positif yang tidak pernah dibayangkan manusia. Bahkan manusia di dunia saat ini mengalami situasi dan nasib yang sama meskipun dihadapkan pada kematian karena pandemi. Namun, banyak hal berharga yang bisa diperoleh, dan sekarang tumbuh subur perhatian solidaritas di antara manusia meski belum berlangsung bagi semua orang.
Hal positif lainnya, pada awal tahun 2020 tm pastoral mengajak KSK menggerakan pastoral keluarga agar dalam situasi pembatasan ruang gerak termasuk di gereja untuk menjadi doa keluarga yang lebih hidup.
“Dan saat ini, bagaimana gerakan solidaritas terus dilakukan agar manusia selamat. Dan orang kemudian disadarkan akan artinya hidup bersih dan sehat, pembatasan gerak manusia juga membantu mengurangi jumlah polusi akibat eksploitasi terhadap alam,” lanjut Romo.
Buktinya, bahwa perayaan Paskah melalui RRI Nabire adalah berkat kerja sama semua pihak sehingga Paskah tetap dirayakan oleh umat atau keluarga walaupun dari rumah.
“Dengan harapan bahwa keluarga menjadi dasar yang kuat dalam membangun semangat iman pribadi dalam masyarakat, sebagai pondasi yang kuat bagi kehidupan. Selain itu, kami merasakan sebagai satu kesatuan dalam gereja Katolik, baik di tingkat internasional maupun tingkat keuskupan yang semakin kokoh,” kata Pastor Paroki KSK Nabire ini.
Pastor Dekenat Teluk Cenderawasih ini berpesan agar umat hendaknya mengikuti arahan dan petunjuk dari paroki, keuskupan, serta imbauan pemerintah, medis, dan FKUB untuk saling menjaga keselamatan diri dan tidak berkumpul dalam keramaian.
Walaupun umat tidak ke gereja, namun institusi gejera harus dijaga, sebab wabah ini akan berlalu. Setelah peristiwa ini umat menjadi lebih dewasa dalam iman.
“Bahwa iman bukan hanya sekedar upacara-upacara namun perlu dihayati dengan hati dan dipraktek di dalam kehidupan nyata. Sebelum wabah, dulu orang malas ke gereja saat misa, dan setelah pembatasan, muncul kerinduan pergi ke gereja. Sekarang diminta tinggal di
rumah, maka lakukanlah itu demi keselamatan orang banyak. Paskah harus dirayakan dengan saling mengampuni, saling menyayangi walaupun dengan musuh kita sekalipun,” pesan Romo Agus.
Terpisah, Yohanes Reyaan, umat Katolik, menyatakan sedih dengan situasi ini. Ia mengaku, dari awal sejak Covid-19 mulai masuk Indonesia, dirinya berharap jangan sampai Paskah tahun 2020 tidak bisa terlaksana seperti tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya pikiran itu nyata dan harus
dilalui saat ini.
Tetapi, ia bersyukur bahwa sekalipun harus berdiam di rumah, umat Katolik mashie diberi kesempatan beribadah di hari raya Paskah, walaupun dengan cara mengikuti misa dari rumah.
“Ada rasa lain dari biasanya. Hal serupa juga pasti terjadi pada umat non Katolik, termasuk umat Islam yang sebentar lagi akan menunaikan ibadah puasa, mereka pasti tidak ke masjid. Sungguh hal diluar nalar manusia,” ujarnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari