Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – PT Palapa Timur Telematika meminta jaminan keamanan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri dan pimpinan masyarakat untuk menjalankan proyek pembangunan Palapa Ring Timur di Papua. Hal itu disampaikan Project Manager PT Palapa Timur Telematika (PTT), Herald Napitupulu dalam webinar atau seminar daring bersama awak media pada Rabu (20/1/2021).
Napitupulu mengatakan aksi vandalisme (perusakan) infrastruktur proyek tol langit atau Palapa Ring Timur di Papua oleh orang tidak dikenal masih terjadi hingga 2021. Ia mencontohkan kasus perusakan Tower B4 dan B5 Palapa Ring Timur yang terletak di Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Pada 3 Januari 2021.
Menurutnya, perusakan itu mengakibatkan seluruh perangkat kedua tower itu habis terbakar. “Imbasnya, jaringan konektivitas Ilaga mengalami penurunan, sehingga perlu menggunakan cadangan dari konektivitas dari kota lain. Masyarakat pun ikut dirugikan, karena kini internet kembali sulit diakses selama beberapa waktu. Ke depan kami minta jaminan keamanan,” kata Napitupulu.
Baca juga: Operator enggan berekspansi, Palapa Ring Timur seperti kabel listrik tanpa setrum
Ia menuturkan beberapa insiden perusakan infrastuktur Palapa Ring Timur juga terjadi pada 2020. Pada Maret 2020 misalnya, menara Project B2 setinggi 62 meter roboh dan terbakar, sehingga seluruh perangkatnya rusak. Kaki menara itu ternyata rusak, dengan bekas gergaji pada kedua sisinya. Solar panel dan win turbin menara itu juga dibongkar, sementara genset dan perangkat radio microwave indoor dibakar.
Kebakaran juga terjadi di Network Operation Center (NOC) Kigamani, Kabupaten Dogiyai, Papua, saat malam tahun baru 2021. Kebakaran itu diduga terkait dengan protes sejumlah warga terhadap pembubaran kerumunan pada malam tahun baru.
Menurutnya, sejumlah warga membakar terpal toko bangunan yang berada di samping NOC Kigamani. “Selain terbakarnya NOC Kigamani, dua anggota TNI yang berjaga di sekitar NOC tersebut terluka akibat panah yang menyasar ke lengan dan hidung mereka,” kata Napitupulu.
Napitupulu menyatakan pihaknya telah berupaya keras menjaga keamanan aset dan infrastruktur Palapa Ring Timur, termasuk dengan memasang CCTV, pagar listrik, serta membangun pos TNI di area itu. Akan tetapi, sejumlah infrastruktur Palapa Ring Timur berada di daerah yang bergunung-gunung dan sulit dijangkau kendaraan darat, dan terletak di lokasi yang jauh dari permukiman warga.
“Kami menyesalkan sejumlah aksi itu, karena banyak masyarakat yang dirugikan. Saat ini sedang terjadi proses mediasi [antara] TNI/Polri, pemimpin masyarakat setempat, serta pemangku kepentingan lainnya. Proses pemulihan sedang berjalan,” ujarnya.
Baca juga: Palapa Ring Timur belum berfungsi, Kominfo Papua sudah lapor ke BAKTI
PTT dan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Komunikasi dan Informatika terus menyelidiki motif sejumlah perusakan infrastuktur proyek Palapa Ring Timur itu. “Letak aset dan fasilitas PTT yang berada zona merah membuat proyek Palapa Ring Timur rawan aksi vandalisme,” katanya.
Hal senada disampaikan General Manager Operation PTT, Widodo Yuli Prasetyo. Menurut Widodo, aksi perusakan infrastuktur proyek Palapa Ring Timur menyebabkan kapasitas jaringan di sejumlah wilayah menurun. “PTT mengharapkan dukungan dan kerjasama berbagai pihak untuk keberlangsungan proyek Palapa Ring Timur. Terlebih, perbaikan dan pemeliharaan [sedang] berlangsung,” kata Widodo.
Sejumlah langkah mitigasi dan kerjasama dengan tokoh masyarakat maupun pemerintah telah dilakukan, sehingga aksi vandalisme itu tidak terulang. “Kami berharap masyarakat Papua dapat mengerti, pembangunan Palapa Ring Timur ditunjukan untuk memberikan fasilitas dan membantu masyarakat setempat. [Palapa Ring Timur dibangun] untuk menghapuskan kesenjangan internet di Indonesia,” ujar Widodo.(*)
Editor: Aryo Wisanggeni G