Nabire, Jubi – Hari ulang tahun (HUT) 1 tahun berdirinya Amoye Community, dirayakan dengan berbagai lomba bertajuk sampah. Diikuti lebih 50 orang peserta.
Lomba dilaksanakan sejak Rabu pagi (01/05/2019) di halaman kantor Dishub Nabire, dilanjutkan dengan pengerahan hadiah dan seremonial di cafe breatek malam harinya.
Ketua Amoye Comunity, Bentot Yatipai mengatakan lomba ini dimaksudkan untuk mengampanyekan dan mengedukasi masyarakat Nabire dalam mengurangi sampah plastik.
“Kita ingin terus berkampanye sebagai bentuk ibadah. Selalu termotivasi dan tidak pernah kendor dengan sampah karena bagi kami kebersihan itu bagian dari iman,” ujar Bentot di sela – sela kegiatan tersebut.
Menurut Yatipai, walaupun dengan keterbatasan dana operasional serta peralatan, namun komunitasnya tetap akan melakukan aksi – aksi, gerakan gerakan sosial agar membersihkan sampah di kota Nabire.
“Karena anggapan kami bagian dari iman, maka tidak mengharap ketergantungan pada pihak manapun tetapi hanya men gandalkan kekuatan dan semangat komunitas,”tuturnya.
Dikatakannya, sampah yang belum seutuhnya ditangani 100 persen dengan baik ini, tidak sepenuhnya kesalahan di pemerintah daerah. Alangkah baiknya masyarakat sadar dan memulai memerangi sampah plastik dari keluarga, komunitas, lingkungan dan masyarakat.
Dia mencontohkan bagaimana sampah plastik didaur ulang menjadi beberapa komoditi seperti ecobrick, kreativitas busana kerajinan tangan dan sebagainya.
“Karena sampah plastik ini sebenarnya memiliki nilai ekonomi,” paparnya.
Lanjutnya, sampah – sampah ini sebenarnya bukan salah dalam penanganan. Tetapi pemerintah gagal sebab tidak berkreativitas untuk mengangkat sumber daya masyarakat dalam berkreasi tentang sampah.
Baginya, masyarakat sebenarnya peduli dengan sampah. Tetapi mereka bingung bagaimana menempatkan sampah pada tempatnya. Karena tidak kreatifnya pemerintah dalam mengoperasionalkan managemen pengelolaan sampah.
Dari lingkungan rumah ke TPS tidak ada pengangkutan yang jelas. masyarakat sendiri yang membuang ke TPS. padahal masyarakat cukup berswadaya menyiapkan biaya retribusi kepada pemerintah, dan disiapkan petugas untuk mengangkut sampah dari rumah ke TPS . Sedangkan dari TPS ke TPA adalah tanggung jawab pemerintah.
Yatipai bilang, dalam mengolah sampah harus mengajak masyarakat untuk bagaimana mengolah sampah yang baik dan bernilai. Artinya, dari APBD pemerintah menyiapkan dana untuk mengadakah bank sampah. Kemudian sampah – sampah itu harus disiapkan untuk beberapa komunitas, atau balai – balai latihan, kelompok pengrajin, ibu – ibu PKK bahkan karang taruna.
“Kalau ini ada tentunya sampah akan dikelola menjadi sesuatu yang bernilai ekomonis dan sebaliknya menghasilkan incam (masukan) balik dari bang sampah kepada pemerintah,” tandasnya.
Ketua Panitia Wahida Yunita Irani mengatakan HUT Amoye sebenarnya jatuh pada 25 April. Hanya saja ada terbentur beberapa kegiatan lain sehingga baru dilaksanakan pada 1 mei.
Berbagai lomba yang digelar antara lain, menggambar sketsa dengan tema kritik sosial tentang lingkungan, melukis tempat sampah dengan tema rumah untuk sampah, fashion show dengan bahan utama sampah plastik, melukis pada tong sampah, sepeda hias menggunakan bahan – bahan daur ulang dari plastik serta lomba cipta lirik lagu Rap tentang lingkungan.
“Dengan jumlah peserta 50 orang lebih yang berasal dari pemuda, pelajar. Kemudian kita pilih juara 1,2,3 lalu semua juara diberikan hadiah berupa plakat, piagam dan uang pembinaan,” ucapnya.
Yunita berharap lomba ini memberi makna berkelanjutan. Peserta mau mengubah kebiasaannya dengan memisahkan sampah plastik dari rumah tangga kemudian bisa mendonasikannya kepada Amoye untuk diolah kembali.
“Atau bila ada yang bisa berkreasi sendiri dengan sampah – sampah plastik ini malahan lebih bagus lagi. Kami juga mencanangkan #2022 Nabire bebas sampah dimana masyarakat sudah bisa memiliki kesadaran tinggi mengenai pengelolaan sampah,” .(*)
Editor: Syam Terrajana