Hari teater sedunia, sejarah pesan perdamaian

Papua
Salah satu pementasan teater, pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jakarta, Jubi – 27 Maret ditetapkan sebagai hari teater sedunia, Institut Teater Internasional (ITI) dan komunitas teater internasional menggagas perayaan Hari Teater Sedunia itu mengacu sebuah momentum ketika salah satu komunitas teater di Paris merayakan perhelatan itu untuk perdamaian masyarakat dunia.

Read More

Sedangkan daysoftheyear.com, menulis narasi hari teater sedunia dibentuk pada 27 Maret 1961 lalu oleh ITI. Hal itu menjadi acuan setiap tahunnya teater di seluruh dunia merayakan dengan menampilkan nilai dan memberikan pesan tentang pentingnya seni teater.

Baca juga :

Tidak hanya itu, perhelatan ini juga menjadi seruan kepada pemerintah, politis, dan institusi untuk melihat nilai yang disampaikan dalam pertunjukan serta mengedukasi masyarakat dan untuk pertumbuhan ekonomi.

Setiap tahunnya pemain teater akan memberikan pesan kepada masyarakat terkait pertunjukan yang ia tampilkan. Pesan ini nantinya akan di terjemahkan kedalam 50 bahasa dan dicetak melalui surat kabar. Hal ini pertama kali dilakukan oleh Jean Cocteau pada 1961.

Baca juga : Teater Gandrik siap pentaskan “Para Pensiunan” di Surabaya 

Ini versi terkini “J.J Sampah-Sampah Kota” teater Koma 

Pantun diakui sebagai warisan budaya dunia, usulan dari Indonesia dan Malaysia

ITI yang sudah memiliki 90 kantor pusat di dunia, akan menyebarkan pesan-pesan tersebut ke setiap kantor pusat mereka di seluruh dunia. Tujuan ITI dalam pertunjukan ini adalah menyampaikan kepada dunia tentang pentingnya teater bagi dunia, peduli terhadap pesan-pesan yang terkandung di dalam pertunjukan teater, membantu komunitas teater di dunia dan membentuk komunitas teater lebih luas.

Pertunjukan teater yang termasuk dalam seni drama atau seni pertunjukan langsung ini berasal dari kata theaomai atau melihat, kemudian berkembang menjadi theatron atau gedung pertunjukan. Dalam pertunjukkannya, orang yang bergelut di dalamnya tak jarang menampilkan ekspresi terhadap politik, sosial, dan pendidikan.

“Tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif” (Harymawan dalam Santosa, 2008: 1). Artinya teater merupakan seni pertunjukkan yang ditampilkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.

Teater berdampak cukup signifikan dari kemampuan sang lakon, seperti akting, nyanyian dan tarian. Sedangkan teks lebih menunjukkan kesan terhadap pertunjukan teater.

Menukil dari modul Pengetahuan Teater 1: Sejarah dan Unsur Teater yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud, teori teater juga berasal dari upacara agama primitif, nyanyain untuk menghormati pahlawan di kuburannya, dan berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita.

Tercatat teater bahkan sudah ada sejak era Mesir Kuno pada 4000 hingga 1580 sebelum masehi. Sedangkan untuk di Yunani Teater masuk pada 800-277 SM. Dalam bahasa Yunani, teater berasal dari kata theaomai atau melihat, kemudian berkembang menjadi theatron atau gedung pertunjukan.

Perkembangan teater yang kemudian ada Hari teater Sedunia tidak berhenti di daerah itu saja, bahkan di Indonesia sendiri, teater berkembang pada zaman Hindu. Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater di Indonesia (2006), Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual.

Munculnya teater diberbagai daerah Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi dan sikap budaya masyarakat, serta sumber dan bagaimana proses teater itu hadir di daerah tersebut. Adapun beberapa teater di Indonesia seperti Longser, Wayang Orang, Lenong, dan Ketoprak. (*)

Editor : Edi Faisol

 

Related posts

Leave a Reply