Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Perubahan cuaca membuat harga ikan laut menjadi tidak menentu di Sentani. Harga jual terus berfluktuatif selama musim pancaroba.
“Harga ikan kadang naik dan kadang turun, tidak menentu. Sekarang ini, harganya sedikit menurun daripada pekan lalu,” kata Ruslan, pedagang ikan di Pasar Pharaa, Selasa (25/2/2020).
Ruslan mengatakan kenaikan harga ikan laut mencapai sekitar 6% pada pekan lalu. Sekarang ini, harga jualnya mulai turun sekitar 3% daripada harga pada pekan lalu.
“Ikan ekor kuning sebanyak 25 kilogram kami beli seharga Rp800 ribu dari nelayan. Pada hari biasa, harganya cuma Rp550 ribu-Rp600 ribu “ ujar lelaki berusia 24 tahun tersebut.
Ruslan kemudian mengiris setiap ikan tersebut menjadi 18-25 potong untuk dijual kepada konsumen. Harganya sekitar Rp25 ribu-Rp35 ribu sepotong.
Saat harga sedang mahal, jualan Ruslan justru malah lebih cepat habis. Itu lantaran dia membatasi persediaan atau jumlah pembelian. Sebaliknya, saat harga murah, jualannya banyak bersisa bahkan bertahan hingga tiga hari setelah pembelian.
“Pada saat harga mahal, ikan yang kami ambil (beli) dari nelayan dikurangi jumlahnya. Stoknya juga kadang kosong,” kata Warga asal Makassar tersebut.
Ruslan telah berjualan ikan selama 20 tahun. Omzetnya rata-rata sebesar Rp300 ribu-Rp450 ribu sehari.
Membatasi pembelian juga dilakukan konsumen pada saat harga ikan laut segar sedang mahal. Selain keterbatasan daya beli, kualitas ikan menjadi pertimbangan mereka.
“Ikan dari (Distrik) Demta, dan Depapre itu (kondisinya) masih segar jadi berapa pun (harganya) saya akan beli. Sementara itu, ikan dari daerah lain biasa sudah dua hari (dijual) jadi (cita rasanya) sudah tidak enak,” kata Yohana Yaron, seorang konsumen di Sentani.
Yaron juga kerap berganti menu pada saat harga ikan laut melonjak. Dia beralih ke ikan danau. “Saya kadang beli ikan lele dan mujair karena (kondisinya) masih segar jadi rasanya tetap enak.” (*)
Editor: Aries Munandar