Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua kini telah masuk pada usia 64 tahun sejak pertama kali berdiri pada 26 Oktober 1956 silam. Di usia tersebut, GKI di Tanah Papua terus berkomitmen membangun persekutuan antar sesama warga jemaat, seluruh denominasi gereja, dan juga kelompok agama yang lain tanpa memandang perbedaan.
Hal ini dikemukakan oleh Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pendeta Andrikus Mofu, usai mengikuti ibadah syukur HUT GKI di Tanah Papua di GKI Calvaria, Angkasapura, Kota Jayapura, Senin (26/10/20).
Dirinya mengajak seluruh warga GKI di Tanah Papua untuk memanjatkan syukur di penambahan usia GKI. Sebagaimana dalam sejarahnya, jemaat ini bermula dari perjalanan pekerja zending pada zaman Belanda. Yang mana pada 26 Oktober 1956 silam sidang perdana digelar di Jemaat Harapan, Hollandia Binnen (Abepura sekarang) dalam peralihan pekerja zending ke putera puteri asli Papua.
“Di situlah tongkat pelayanan pekerjaan pekabaran Injil diserahkan kepada orang Papua. Hari ini, kita rayakan usia ke-64 tahun dan sekali lagi saya mengajak kepada semua untuk bersyukur kepada Tuhan karena waktu perkenaan Tuhan yang terus bersama dengan gerejanya dan pekerjaan pelayanan sampai hari ini. Selama 64 tahun GKI tidak sepi dari berbagai tantangan, kesulitan, dan pergumulan. Tetapi kita sungguh yakin bahwa Tuhan sejak awal menyediakan gereja ini. GKI adalah milik Yesus Kristus,” ujar Pendeta Mofu kepada wartawan termasuk Jubi.
Dirinya menyebutkan, GKI di Tanah Papua terus berkomitmen untuk membangun persekutuan, karena GKI hadir dengan visi dan misi membangun persekutuan tanpa memandang kelompok maupun ras.
“Sejak awal, GKI telah berkomitmen untuk terus membangun persekutuan dan warga yang percaya terhadap Allah. Mari membangun persekutuan yang indah yang dibangun oleh Yesus Kristus tanpa ada perbedaan. Bersama kelompok agama yang lain dan denominasi gereja yang lain, kita bersama-sama semua membangun Tanah Papua,” tuturnya.
Sementara itu, pengkhotbah dalam ibadah tersebut, Pendeta Frederick H. Toam, mengatakan GKI lahir dari sikap jawab perkembangan zaman sebagai respons terhadap kemahakuasaan Allah saat dunia tengah di landa perang dunia pada masa lampau.
Ia mengimbau agar tak ada lagi sekat perbedaan yang dapat memecah belah kehidupan sosial umat beragama. Sebab menurutnya, hal itu menjadi tolok ukur kualitas iman seseorang.
“Pada saat perang tidak ada sekat sosial, budaya, dan politik. Iman kita tidak boleh membedakan orang karena warna kulit dan rambut, iman menembus semua lapisan batas, kalau bisa mencapai itu, kita telah sampai ke kedewasaan iman. Di usia 64 tahun GKI di Tanah Papua, iman kita harus dalam kedewasaan,” kata Pendeta Toam.
Luncurkan database Sinar GKI
Usai ibadah perayaan HUT ke-64 tahun GKI di Tanah Papua, Pendeta Andrikus Mofu selaku Ketua Sinode GKI di Tanah Papua bersama badan pengurus meluncurkan sistem manajemen basis data yang dinamakan Sinar (Sistem, informasi, dan administrasi) GKI. Basis data atau database ini diluncurkan dengan tujuan untuk membantu Gereja dalam memahami kegunaan data dan informasi dalam suatu organisasi ataupun lembaga termasuk GKI di Tanah Papua baik di aras Sinode, Klasis, dan Jemaat.
Kata Pendeta Mofu, sistem database ini dihadirkan untuk memaksimalkan kerja kelembagaan, badan Sinode GKI di Tanah Papua. Pihaknya telah mengerjakan program prioritas membangun data base GKI dalam waktu dua tahun sejak 2018 sampai dengan peluncuran.
“Ketika kita luncurkan database ini tidak dimaksudkan bahwa hanya untuk merepresentasikan jumlah warga GKI, dan bukan pula untuk menunjukkan bahwa GKI adalah gereja yang besar. Tapi database ini untuk membangun sistem pelayanan yang baik. Ini menggunakan standar data nasional, karena untuk membangun pelayanan jemaat harus terukur,” jelasnya.
Tambah dia, sistem manajemen basis data ini dilakukan sebagai indikator untuk menentukan kebijakan seorang pelayan untuk memastikan warga jemaat harus mendapatkan pelayanan dan pelayan pun harus berdampak positif juga untuk warga jemaat.
“Kita berharap di sidang Sinode di Waropen tahun 2022 mendatang kita bisa men-share, dan meluncurkan ini untuk memotivasi kepada yang lain agar bisa memberikan data yang valid,” pungkasnya. (CR-4)
Editor: Dewi Wulandari