Gelar aksi May Day dan peringatan 56 tahun aneksasi Papua di Yogyakarta, mahasiswa Papua dipukul polisi

Suasana mahasiswa Papua melakukan aksi damai di Yogyakarta - Jubi/Dok. Aliansi Mahasiswa Papua
Suasana mahasiswa Papua melakukan aksi damai di Yogyakarta – Jubi/Dok. Aliansi Mahasiswa Papua

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Para mahasiswa asal Papua yang berada di Yogyakarta menggelar aksi May Day dan peringatan 56 tahun aneksasi Papua oleh Indonesia, Rabu (1/5/2019). Para mahasiswa yang tergabung dalam Komite Aksi Mayday untuk Rakyat itu dihadang dan dipukul polisi hingga 12 orang diantaranya terluka, dan akhirnya gagal menggelar aksi di Titik Nol KM, Yogyakarta.

Read More

Koordinator lapangan aksi May Day dan peringatan 56 tahun aneksasi Papua oleh Indonesia, Julia Opki mengatakan para mahasiswa asal Papua sudah berkumpul di Asrama Papua di Kamasan, Yogyakarta, sejak Rabu pukul 07.00 WIB. Mereka antara lain para aktivis dari Aliansi Mahasiswa Papua, Front Rakyat Indonesia Free West Papua, dan sejumlah simpatisan.

Sekitar pukul 09.45, lebih dari 100 orang peserta aksi Komite Aksi Mayday untuk Rakyat (Kamrat) itu mulai berbaris, dan bersiap berangkat menuju Titik Nol KM di pusat kota Yogyakarta. Akan tetapi, massa di Asrama Papua Kamasan itu didatangi Kepala Kepolisian Resor Kota (Polresta) Yogyakarta, Komisaris Besar Armaini.

Armaini meminta massa tidak berunjukrasa di Titik Nol KM. Alasannya, Titik Nol KM dijadikan lokasi oleh sejumlah organisasi kemasyarakatan di Yogyakarta, dan polisi tidak ingin mereka bentrok dengan massa Kamrat. “Kepala Polresta Yogyakarta berkeras meminta massa aksi Kamrat berunjukrasa di lokasi selain Titik Nol KM,” ujar Opki dalam siaran pers yang diterima Jubi pada Rabu (1/5/2019).

Para koordinator aksi Kamrat yang didampingi advokat dari Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta pun mencoba bernegosiasi dengan Armaini, agar massa aksi Kamrat dapat berunjukrasa di Titik Nol KM. Polisi menawarkan massa Kamrat untuk berunjukrasa di Balai Kota Yogyakarta. Para koordinator aksi Kamrat akhirnya menawarkan untuk memindahkah lokasi unjukrasa ke Tugu Yogyakarta.

“Namun tawaran memindahkan aksi ke Tugu Yogyakarta itu juga ditolak polisi. Mereka memaksa agar aksi dilakukan di Balai Kota Yogyakarta. Persis Pukul 11.15 WIB, massa aksi berbaris lagi dan bergerak keluar dari Asrama Papua Kamasan. Akan tetapi, massa dihadang oleh polisi. Aksi saling dorong terjadi, hingga massa berhasil menembus barikade polisi di pagar asrama pada pukul 12.00. Akan tetapi, polisi menutup Jalan Kusumanegara dengan truk polisi,” kata Opki.

Opki menyatakan Armaini merusak amplifier mobil komando aksi Kamrat, sehingga aksi saling dorong antara massa Kamrat dan polisi kembali terjadi. Dalam aksi saling dorong itulah polisi mulai memukuli sejumlah peserta aksi, dan menembakkan gas air mata, sehingga para peserta aksi berhamburan masuk lagi ke Asrama Papua. Pada pukul 13.00, massa mulai berbaris lagi, mencoba meninggalkan asrama, namun kembali dihadang dan dipukuli polisi. Massa Kamrat akhirnya berunjukrasa di depan Asrama Papua Kamasan di Jalan Kusumanegara, menyampaikan aspirasi politik dan pernyataan sikap mereka hingga pukul 15.30.

Opki menyatakan sejumlah 12 peserta aksi terluka dalam rangkaian insiden itu. Opki menyesalkan perlakuan polisi, yang tidak mencerminkan tugas pokoknya untuk mengayomi dan melindungi rakyat.

Aris Yeimo selaku Presiden Mahasiswa Papua Yogyakarta meminta semua mahasiswa Papua tidak terprovokasi atas inseden itu. “Kawan-kawan jangan terprovokasi atas tindakan-tindakan polisi. Kita tetap tenang” ajak Yeimo. (*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Related posts

Leave a Reply