Papua No. 1 News Portal | Jubi ,
PARA seniman dan pemerhati budaya Tanah Papua menginginkan agar Taman Budaya Expo-Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura menjadi pusat kebudayaan tanah Papua. Namun, kawasan ini belum dikelola dengan baik.
Musuem yang berlokasi di batas kota—perbatasan Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura ini sedianya dapat menampung semua aktivitas yang berkaitan dengan pergelaran budaya. Konser-konser bertema budaya, diskusi terkait budaya, pameran, kegiatan sastra, merajut noken, ukiran-ukiran, jurnalistik, sedianya bisa digelar di kawasan ini.
Penggagas noken ke UNESCO, Titus Krist Pekei, ketika ditemui Jubi di Jayapura, Rabu, 7 November 2018, mengatakan Pemerintah Provinsi Papua harus mengelola kawasan ini dengan baik.
Menurut dia, jika Expo-Waena dikelola dengan baik, maka akan menjadi pusat kebudayaan Tanah Papua. Aktivitas dan gagasan-gagasan dan karya kreatif tentang budaya dari semua suku di Tanah Papua pun dilakukan di sini.
“Itu nanti akan menjadi pintu masuk untuk mengenal Papua,” ujarnya.
Ia bahkan meminta kepada Dinas Kebudayaan Papua untuk bermitra dengan semua pihak untuk menghidupkan kembali taman budaya dan museum Expo-Waena.
“Jangan hanya anggap untuk PNS saja, tetapi siapa pun pihak yang punya talenta,” kata Direktur Ekologi Papua ini.
Ia mencontohkan museum noken yang dibangun beberapa tahun lalu di kawasan tersebut.
“Museum noken dari Kemendikbud serahkan ke Pemda Papua dan lewat Pemda hibahkan ke lembaga pengelola Yayasan Noken Papua atau Noken Papua Foundation. Namun belum direspons secara jernih,” kata Titus Pekei.
Museum Expo-Waena dibangun sekitar tahun 1970. Kompleks UPT (Unit Pelaksana Teknis) Taman Budaya Expo-Waena ini dijadikan lokasi pameran pembangunan di Tanah Papua pada 1980-an dan akhir 1990-an.
Tahun 2013 bangunannya diwacanakan bakal dipugar dan menjadi kantor Majelis Rakyat Papua (MRP).
Terdapat sembilan bangunan utama di dalamnya–Anjungan Jayapura, Manokwari, Biak, Jayawijaya, Merauke, Nabire, Serui, Sorong, dan Anjungan Fakfak.
Museumnya menyimpan lebih dari tiga ribu koleksi dari sekitar sepuluh jenis benda-benda budaya, baik sejarah, maupun etnografi, dan jeni koleksi lainnya.
Komunitas film Papuan Voice bahkan pernah menggelar pemutaran film dan diskusi di Expo-Waena. Namun, kondisi taman budaya Expo-Waena kini tak terurus.
Beberapa seniman Papua prihatin. Lokasi yang pernah dijadikan tempat para seniman mengekspresikan diri itu harus dirawat.
“Jika bicara seni dan budaya, tak lepas dari para seniman dan tempat mereka berekspresi,” kata Sekretaris Dewan Kesenian Tanah Papua, Septinus Rumaseb, kepada Jubi, dalam suatu kesempatan.
Anggota Dewan Dewan Perwakilan Rakyat Papua, John N.R. Gobay, mengatakan taman budaya ini merupakan aset penting yang dilupakan. Kompleks ini tidak difungsikan sejak tahun 1996.
“Itu aset Pemerintah Provinsi (Papua) dari Dinas Kebudayaan. Ini kebudayaan. Bicara jati diri itu bicara identitas. Kita tidak bisa bicara bangsa yang identitas budayanya hancur,” kata Gobay, yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Adat Paniai ini.
Menurut Gobay, taman budaya Expo-Waena harus dilengkapi semacam toko seni untuk souvenir-souvenir khas Papua, kafe-kafe, dan perpusatakaan yang menyediakan buku-buku tentang Tanah Papua. Dengan demikian, kawasan ini akan menjadi pusat kebudayaan Tanah Papua.
Maka dari itu, ia meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua untuk mengefektifkan kembali kawasan yang berdekatan dengan terminal angkutan Waena-Sentani (Kabupaten Jayapura) dan Waena-Abepura ini.
Jika masih ada orang-orang yang tinggal di aera Ekspo-Waena, Pemerintah harus merelokasi mereka. Pemerintah, disebutnya, berkewajiban menyediakan taman budaya untuk melestarikan budaya-budaya lokal Papua.
“Agar regulasi nomor 8 itu bisa dilaksanakan atau taman budaya dilaksanakan itu bisa dilaksanakan kalau regulasi itu bisa jalan taman budaya dilakukan,” katanya.
Ia mengatakan seniman-seniman akan membentuk tim advokasi untuk mendatangi DPRP dan gubernur Papua agar kawasan itu segera difungsikan.
“Kami meminta agar pemerintah Provinsi Papua dukung untuk menertibkan kompleks taman budaya di Kota Jayapura,” katanya.
Salah satu seniman Papua, Semi Simson, mengatakan Pemerintah Provinsi Papua tidak memperhatikan Taman Budaya Expo-Waena sejak lama. Kawasan ini harus dihidupkan kembali agar menjadi pusat kebudayaan Tanah Papua. (*)