Papua No. 1 News Portal | Jubi
Biak, Jubi – Komisi II DPRD Kabupaten Biak Numfor mengapresiasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melibatkan Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura dalam menyusun kajian analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) untuk perencanaan pembangunan bandar antariksa Biak.
“Komisi II DPRD Biak sudah diberi informasi terkait persiapan pembangunan stasiun antariksa pertama di Biak. Saya harapkan program ini dapat menyerap tenaga kerja lokal orang Biak,” kata Ketua Komisi II DPRD Biak Numfor, Yeheskiel Randokir, di Biak, Sabtu (16/11/2019).
Ia mengharapkan kehidupan masyarakat setempat diperhitungkan dalam kajian amdal terkait pembangunan bandar antariksa di wilayah Kampung Saukobye, Distrik Biak Utara.
“Saya harapkan master plan (rencana induk), rencana detail tahapan pembangunan stasiun antariksa dapat disosialisasikan kepada warga lokal Biak sehingga bisa mendukung rencana program pemerintah,” kata Yeheskiel.
Menurut dia, Komisi II akan membentuk tim kerja untuk menangani urusan terkait pembangunan bandar antariksa di Biak.
“Kita harapkan ketika tahapan pembangunan stasiun antariksa dibangun akan menyerap ribuan tenaga kerja dan berdampak terhadap anggaran pembangunan di daerah,” kata politisi asal PDIP itu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang PS Brodjonegoro, mengatakan akan ada alokasi dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk mendukung terealisasinya pembangunan bandar antariksa di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua.
Realisasi itu juga akan didukung oleh pendanaan dari mitra atau pihak ketiga.
“Pasti ada (alokasi dana dari APBN) tapi kita juga akan menjalin kerja sama dengan pihak lain supaya bandar antariksanya juga tidak nanggung skala kecil tapi juga skala besar,” kata Bambang usai menghadiri seminar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Sebuah Keniscayaan di Fakultas MIPA Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019).
Menristek Bambang mengatakan kerja sama dengan pihak ketiga atau mitra ini dapat dilakukan guna mendukung pembiayaan pembangunan bandar antariksa yang membutuhkan dana besar ini. Mitra untuk proyek pembangunan bandar antariksa tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar negeri.
“Mitra kombinasi dalam dan luar negeri, pastinya lebih banyak luar negeri, karena kan industri antariksa mulai berkembang tidak hanya di sektor publik atau pemerintah tapi juga di sektor swasta,” ujarnya.
Terkait perkiraan besaran alokasi dana dari APBN, Menristek Bambang mengatakan perlu ada kajian lebih lanjut.
“Harus dilihat dulu skala apa yang mau dibuat. Pada intinya kita tidak hanya membatasi diri hanya untuk keperluan Lapan (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) untuk keperluan roket eksperimen tapi benar-benar menuju bandar antariksa,” tuturnya. (*)
Editor: Dewi Wulandari