Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura akan mengadakan pekan budaya Sentani untuk memeriahkan hari uang tahun ke-74 kemerdekaan RI.
Kepala Bidang Kebudayaan (Kabidbud) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura, Elvis Kabey, mengatakan kegiatan ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya Sentani di tengah gempuran budaya modern.
“Pekan Budaya Sentani akan berlangsung pada 13-17 Agustus 2019, di tepi Danau Sentani, tepatnya di Pantai Howe, sisi sebelah timur jembatan Bandar Udara Sentani,” kata Kabey kepada Jubi di Sentani, Sabtu (10/8/2019).
Menurut dia, jenis-jenis kegiatan dalam pekan budaya ini adalah Isolo atau tarian di atas perahu tradisional Sentani, Sentani Art Show, pameran produk unggulan Sentani, dan pameran benda budaya Sentani, serta workshop merajut noken, memahat ukiran Sentani, melukis kulit kayu, menganyam daun tikar atau daun sagu, permainan tradisional Sentani, dan kuliner tradional.
Elvis Kabey juga mengatakan lokasi pekan budaya ini dekat dengan kebun sagu, sehingga pengunjung dapat melakukan trekking di sekitar kebun sagu. Selain itu pengunjung juga dapat menyaksikan proses menokok dan meremas sagu serta pembuatan papeda.
“Kegiatan ini akan diikuti oleh masyarakat adat, komunitas budaya, pemerhati budaya Sentani, masyarakat, dan dinas terkait,” katanya.
Peneliti di Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, mengatakan pekan budaya Sentani sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya Sentani. Festival Danau Sentani tahun 2019 tidak ada karena banjir bandang 19 Maret 2019.
Oleh sebab itu, melalui pekan budaya Sentani, semangat masyarakat Kabupaten Jayapura diharapkan dapat bertumbuh kembali, untuk membangun daerahnya usai dilanda banjir bandang.
“Pada pekan budaya ini masyarakat bisa menampilkan ekspresi seni, dan memamerkan hasil karya, terutama produk-produk budaya, misalnya noken,” ujar Hari Suroto.
Menurut Suroto, pekan budaya Sentani akan menjadi ungkapan kegembiraan masyarakat Kabupaten Jayapura. Mereka akan melupakan kesedihan akibat bencana banjir bandang yang sudah terjadi.
“Semua elemen masyarakat akan berpartisipasi dalam acara ini, pihak pemerintah dan dinas terkait tinggal memfasilitasi saja,” katanya.
Dia mengharapkan agar pekan budaya tidak hanya berlangsung tahun 2019, tetapi juga pada momen-momen selanjutnya.
“Walaupun tidak ada dana, masyarakat bisa bergotong-royong menyelenggarakan acara ini di tahun-tahun mendatang,” katanya.
Suroto mengatakan panitia acara harus belajar pada Festival Makan Papeda Dalam Sempe, di Kampung Abar tiap 30 September. Tahun ini festival makan papeda akan memasuki tahun yang ketiga.
“Walaupun tidak ada bantuan dari pemerintah. Masyarakat Kampung Abar dengan kesadaran melestarikan budayanya dan semangat gotong royong, tetap akan menyelenggarakan festival makan papeda ini,” ujarnya. (*)
Editor: Timo Marten