Jayapura, Jubi – Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Papua dalam waktu dekat akan kembali mengecek titik-titik tempat berkumpulnya anak-anak jalanan, yang ada di 29 kabupaten/kota di Papua.
Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Papua, Ribka Haluk mengatakan pendataan kembali perlu dilakukan. Agar aktivitas anak jalanan dapat terus terpantau, untuk kemudian ditindaklanjuti.
“Sampai sekarang kami masih menunggu koordinasi dan laporan secara detail serta tertulis dari kabupaten/kota terkait penanganan anak jalanan di wilayah masing-masing,” kata Haluk, di Jayapura kemarin.
Untuk Kota Jayapura, pihaknya mengklaim jika penanganan terhadap anak jalanan sudah cukup bagus. Hanya saja masih perlu terus ditingkatkan.
“Kami sangat mengharapkan koordinasi dari kabupaten/kota terkait ini, agar ke depan tidak ada tumpang tindih program dan kebijakan,” ucapnya.
Ia akui, dalam penanganan anak jalanan, pemerintah tidak bekerja sendiri karena ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang juga mengambil bagian dalam memberikan perhatian khusus, sehingga berdasarkan pantauan beberapa tahun lalu, jumlah anak jalanan sudah cukup berkurang.
“Kami memang belum melakukan evaluasi secara keseluruhan, tetapi ada beberapa LSM yang sudah memberikan perhatian, namun data validnya belum dimiliki sehingga perlu adanya koordinasi terkait ini,” katanya.
Secara terpisah, Makmur, Warga Kelurahan Entrop, Jayapura Selatan, Kota Jayapura mengaku sangat prihatin dengan keberadaan anak-anak jalanan yang sering lalu lalang di sepanjang jalan raya Kelapa Dua. Mengingat keseharian anak-anak yang masih tergolong remaja itu adalah menghirup lem aibon.
“Kalau dihitung mungkin mereka ada sekitar 5-6 orang, kebiasaan mereka setiap malam menghampiri warung makan yang ada dan meminta diberikan uang, hanya saja uang yang mereka dapat kebanyakan untuk membeli lem aibon kemudian menghirupnya,” kata Makmur.
Menurut ia, keberadaan anak-anak jalanan sudah menjadi pemandangan biasa setiap warga Kota Jayapura yang tinggal maupun hanya singgah di warung-warung makan di kawasan Entrop. Untuk itu, dirinya berharap adanya perhatian dari pemerintah setempat.
“Mereka perlu penanganan khusus, kalau hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal dikemudian hari. Memang tak jarang ada warga yang marah dan mengejar mereka untuk mengambil lem aibon yang disimpan di dalam baju, tapi itu tidak efektif,” ujarnya.
“Intinya, pemerintah harus segera turun tangan atasi ini, mungkin juga harus ada satu rumah singgah agar bisa menampung mereka supaya pembinaan bisa lebih terarah, apalagi rata-rata umur mereka masih belasan tahun,” ujarnya. (*)
Editor: Syam Terrajana