Papua No. 1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Dewan Gereja Papua, akan terus bersuara bagi umat yang tertindas, bagi umat yang lemah dan bersuara, meski akhirnya ditembak mati. “Gereja tidak punya tentara dan badan eksekutif dan legislatif, ini murni suara gereja,” jelas Pdt. Dr. Benny Giay, mewakli Dewan Gereja Papua.
Pernyataannya itu terkait peristiwa bentrok antara demonstran tolak pemekaran Papua dan aparat keamanan di Dekai, ibu kota Kabupaten Yahukimo, pada Selasa (15/3/2022) lalu, yang mengakibatkan dua demonstran tewas diterjang peluru aparat.
Kata Giay, dalam kesatuan negara republik Indonesia ini ada lima sila yang mengatur. Dia mempertanyakan apakah kelima sila itu sudah dijalankan dengan baik di Papua.
“Kita berharap kepada pihak-pihak terkait, jika sila pertama sudah dibuang atau di hapus tidak apa, mari kita pakai Alkitab dan adat istiadat orang Papua, jadikan itu pijakan untuk bicara,” ujar Giay.
“Gereja ada itu untuk memberikan penguatan, membuka hati nurani, tapi kalau hati nurani tidak ada, itu berarti pemimpin berbuat otoriter, sudah tidak ada lagi sila pertama dan kedua, ini tanda-tanda negara mengalami kehancuran,”
Sementara itu Presiden Baptis West Papua, Pdt DR Socratez Sofyan Yoman mengatakan, pihaknya akan terus menyuarakan persoalan kemanusiaan di Papua, terus menerus dan tidak pakai syarat.
“Wujud di dalam gereja ini harus disampaikan, baik kesamaan derajat, dan demi kedamaian sesama dan martabat manusia. Kami akan selalu bersama umat Tuhan,” ucapnya.
“Dalam moncong senjata pun kami akan bicara. Karena gereja adalah benteng pertahanan terakhir, semua benteng telah runtuh, Gereja melindungi semua orang tanpa terkecuali , tanpa batas suku, ras dan agama, karena kasih Kristus ada di situ,” Yoman.(*)
Editor: Syam Terrajana