Papua No. 1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Peneliti dari Lembaga Pengkajian dan Penguatan Kapasitas (LEKAT) Papua, Rory Marwani Ehaa mengidentifikasi 16 jenis pisang yang banyak dikonsumsi masyarakat suku Sentani. Hasil pengamatannya menunjukkan pisang tersebut menjadi tanaman habitat asli di wilayah setempat.
“Saya baru menanam enam jenis pisang asli Sentani di kebun milik sendiri di Arso sesuai dengan bahasanya antara lain Hoyombi, Keja, Rawo, Remulu Yanggalu, Elukhu dan Hinggambu,” kata Marwani Ehaa, kepada Jubi.co.id, Sabtu (22/8/2020) siang.
Baca juga : Mengenal kayu Swang, pohon endemik Papua yang nyaris punah
Pegiat sungai ini merawat 70 spesies tanaman lokal
Daerah ini siapkan aturan melestarikan pohon endemik
Ia juga akan menanam semua koleksi pisang yang terdapat di tanah Papua, meski dilakukan secara bertahap. “Pisang juga termasuk salah satu pangan orang Papua. Ada jenis pisang kecil atau dalam bahasa Sentani disebut keja biasanya dong makan dengan ikan gabus goreng plus sayuran lainnya,”kata Master lulusan Selandia Baru itu.
Ketertarikan terhadap buah pisang asli Papua membuat Marwani tekun menanam beragam jenis pisang di kebun milik keluarga di kawasan Arso, Kabupaten Keerom.
Keberadaan pisang asli Papua juga ditemukan di Kampung Kwau, Distrik Mokwam Kabupaten Manokwari. Di kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat itu memiliki tanaman pisang raksasa sebagai tanaman buah endemik Papua. Tanaman pisang identik dengan tinggi pohon menjulang 30 meter hingga 50 meter.
Warga setempat mengenal jenis pohon pisang Musa Ingens, sebagai pohon pisang raksasa yang biasa tumbuh di hutan pegunungan tropis daerah Papua dengan ketinggian 1.500 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut.
Kepala Pusat Penelitian Provinsi Papua Barat, Prof Dr Charlie Heatubun, membenarkan pisang raksasa itu merupakan tanaman endemik di Tanah Papua. Pisang jenis Musa Ingens, kata Heatubun, hanya tumbuh dan ditemukan di Pegunungan Arfak.
“Pisang raksasa tumbuh di area pada ketinggian 1.000 hingga 2.000 meter dari atas permukaan laut rata-rata tingginya mencapai 25 hingga 30 meter sedangkan pisang biasa hanya tumbuh 2 hingga 5 meter dengan diameter kecil,” kata Heatubun.
Diameter pohon pisang raksasa itu mencapai dua meter, dengan panjang buahnya mencapai 18 centimeter dan berdiameter 3 hingga 4 centimeter.
Pisang raksasa tidak tumbuh berumpun atau tak ada tunas yang muncul pada bonggolnya sangat jarang. Hal ini menyebabkan pisang raksasa ini sulit berkembang biak. Tak heran jika burung-burung senang memakan buahnya karena terdapat biji-bijian. Proses interaksi alamiah antara hewan dan pohon itu membantu menyebar tumbuhan pisang raksasa di Pegunungan Arfak.
Peneliti dari International Board of Plant Genetic Resource bernama Jeff Daniels yang memulai penelitian pisang raksasa ini di sebuah lokasi di Papua New Guinea sekitar 1989. Menurut Jeff Daniels pohon pisang raksasa ini bisa ditemukan di bagian barat dan timur daerah dataran tinggi atau kawasan pegunungan di Papua New Guinea. Selain ukuran yang raksasa atau tinggi juga memiliki ukuran buah yang sangat besar. Berat buah pisang raksasa ini sekitar 30 sampai 60 kilogram per tandan pisang.
Jeff mematenkan hasil penelitian pisang raksasa sebagaimana dilansir di dalam Rfcarchives.org.au Walau pun diyakini pisang raksasa ini terdapat di PNG ternyata juga tumbuh subur di Papua Barat, termasuk tersebar pula di Pegunungan Arfak, Papua Barat.
Pisang raksasa ini tumbuh pada ketinggian sekitar 2.900-an meter di atas permukaan laut dan berkembang biak dengan sendirinya. Belakangan warga di Pegunungan Arfak sudah mulai membudidayakan walau tak semudah pisang biasa karena karakter pisang hanya berkembang biak dengan biji yang terdapat di dalam buah pisang. Hal itu diakui para peneliti kesulitan membudidayakan pisang jenis itu. (*)
Editor : Edi Faisol