Papua No. 1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Aksi unjuk rasa oleh masyarakat Papua sangat berdampak. Khususnya di Nabire, banyak toko, kios, pasar, penjual bensin enceran tidak berjualan. masyarakat sulit mendapatkan barang keperluan kebutuhan hidup, termasuk mencari pulsa handphone. Jaringan telekomunikasi juga dibatasi.
Akibatnya, sejak Selasa (20/08/2019), warga lebih memilih di rumah, termasuk para pedagang tidak berjualan. Jalanan sepi, hanya terlihat beberapa kendaraan yang melintas. Apalagi pasar yang hanya terlihat beberapa mama – mama Papua yang berjualan.
Bukan hanya itu, perkantoran juga tidak berjalan normal. Termasuk sekolah, diliburkan demi kenyamanan.
Salah seorang warga, Agus Tanati mengeluh sampak akibat situasi ini. Ia bilang, sudah tiga hari sejak Selasa aktivitas lumpuh hampir menyeluruh.
Ini sangat mengganggu pekerjaan. Beberapa kebutuhan kerja yang harus diperoleh tidak bisa didapat, sebab toko tidak di buka.
“Pekerjaan saya sangat terhambat. Mau cari tinta print tidak dapat dan tidak bisa apa – apa sejak selasa (20/8/2019) ini, ” ujar Tanati.
Seperti hari ini, Kamis (22/9/2019). Pasar – pasar tidak ada aktivitas karena tidak ada penjual. Termasuk para tetangganya yang sempat ngobrol, bahwa ada yang sampai tidak memiliki bumbu dapur karena belum sempat ke pasar.
“Bukan saya saja. Tetangga juga kami saling cerita. Ada yang tidak punya bawang dan minyak goreng karena belum sempat beli dan kami sedikit susah, ” lanjut salah satu ASN di Nabire ini.
Selain itu kata Agus, jaringan Telkomsel ikut lumpuh. Untuk berkomunikasi via telepon terputus – putus suara, SMS tidak normal bahkan internet tidak bisa digunakan walaupun ada pulsa data. Hendak membeli pulsa tidak ada yang berjualan.
“Kita tidak dapat pulsa telpepon, ada pulsa data tapi tidak bisa digunakan sebab jaringan. Padahal seharusnya dalam situasi seperti ini kita butuh informasi dan menghubungi keluarga, ” kata Tanati.
Agus Tanati berharap, sebagai warga negara bahwa aspirasi telah disampaikan terkait rasisme kepada Gubernur dan pimpinan daerah.
Sehingga, sebagai masyarakat Papua, ia mengajak semua elemen rakyat Papua untuk mempercayakan aspirasi kepada pimpinan daerah.
“Mari warga tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa sambil menunggu hasilnya. karena hidup bukan hanya untuk demo tapi banyak hal lain yang harus dikerjakan,” ujarnya.
“Saya mau kita kembali tenang dan beraktivitas. Tapi kami juga sangat berharap kepada Pemerintah pusat dan aparat polri untuk segera tuntaskan persoalan ini. Teruama pelaku. kalau pelaku diadili, pasti rakyat Papua tenang dan tidak turun ke jalan,”imbuhnya.
Warga lain, Ester Wopari mengiyakan bahwa aktivitas lumpuh. Anak sekolah tidak bisa masuk belajar.
“Saya harap situasi kembali normal agar aktivitas tatap berjalan. kami kerepotan saat ke pasar, anak tidak sekolah, ” tandasnya.
Maikel Kudiai, salah sekretaris aksi hari ini mengatakan bahwa pihaknya tidak menginginkan saat aksi terjadi kericuhan, lempar rumah, bangunan dan merusak toko atau kios
“Kalau kita rusak, mau belanja di mana. kita pasti susah. Makanya kami selalu imbau arah tetap menjaga ketertiban, ” terangnya.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat untuk kembali melakukan aktivitas seperti biasa. “Saya ajak warga untuk kembali beraktivitas,” ajak Kudiai.(*)
Editor: Syam Terrajana