Cegah perundungan, sekolah perlu tumbuhkan rasa empati

Ilustrasi, pixabay.com
Ilustrasi, pixabay.com

“Perundungan muncul karena rasa empati di kalangan remaja saat ini semakin tergerus,”

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Read More

Yogyakarta, Jubi – Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor  Koentjoro mendorong sekolah atau lembaga pendidikan mulai menggencarkan rasa empati bagi siswa untuk mencegah munculnya kasus perundungan di kalangan remaja.

“Perundungan muncul karena rasa empati di kalangan remaja saat ini semakin tergerus,” kata Koentjoro, Kamis, (11/4/2019).

Berita terkait : KPAI beri dukungan moral ke bocah korban penganiayaan

DP3AKB catat 25 kasus kekerasan anak

Pelaku kekerasan anak terancam hukuman mati 

Menurut Koentjoro, rasa empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Tergerusnya rasa empati juga ikut dipengaruhi maraknya penggunaan telepon pintar atau gadget yang membuat orang tidak terlalu acuh dengan sekitarnya.

“Sekolah memiliki peran untuk menanamkan rasa empati itu. Sekarang di ruang-ruang publik para remaja asik main telepon genggam sendiri-sendiri tidak ada tegur sapa,” kata Koentjoro menjelaskan.

Kasus perundungan pada anak kembali menjadi sorotan nasional setelah kasus yang menimpa seorang siswi Sekolah Menengah Pertama di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Korban penganiayaan belasan murid SMA, menyebar luas di dunia maya dan membuat tagar #justiceforAudrey menjadi topik bahasan utama dalam dua hari terakhir.

Menurut Koentjoro, hilangnya rasa empati itu yang selanjutnya membuat remaja tega melakukan perundungan karena mereka tidak merasakan apa yang dirasakan korban, melainkan hanya mementingkan kesetiakawanan pada kelompoknya.

Baca juga : Kekerasan anak di Garut meningkat

Tiga bulan ini, ada 5 kasus kekerasan terhadap anak di Nabire

Sekolah  tidak perlu membuat materi tersendiri tentang empati. Penanaman rasa empati dapat disisipkan dalam berbagai mata pelajaran seperti pelajaran agama, kewarganegaraan, atau pendidikan Pancasila.

“Materi soal empati tidak perlu sosialiasi atau mata pelajaran khusus, tapi cukup disisipkan betul dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada,” katanya. (*)

Editor : Edi Faisol

Related posts

Leave a Reply