Papua No.1 News Portal | Jubi
Jayapura, Jubi – Praktisi media di Papua, Victor C Mambor berpendapat, penting bagi wartawan terlebih dahulu menguasi isu dan meyakini adanya virus korona, juga memahami tujuan vaksin sebelum menyajikan informasi kepada publik akan pentingnya vaksinasi, sebagai upaya mencegah misinformasi dan disinformasi di masyarakat.
Ia mengatakan, jika bicara disinformasi dan misinformasi erat kaitannya dengan media sosial. Di sinilah diperlukan peran media dan wartawan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat, melalu pemberitaan dengan narasumber yang tepat.
“Akan tetapi jurnalis itu sendiri mesti membangun rasa percaya diri [meyakini virus korona memang ada dan vaksin itu penting]. Wartawan mesti benar benar mamahaminya sebelum memberikan informasi kepada warga. Memang perlu waktu bagi kita untuk percaya,” kata Mambor dalam webinar secara daring, Jumat (9/4/2021).
Werbinar yang diselengarakan Aliansi Jurnalis Independen Indonesia itu dengan tema “Melawan Infodemik Covid-19” “Menangkal Mis-Disinformasi vaksinasi di Papua.”
Mambor mengakui di Papua masih ada sebagian wartawan yang tidak percaya dengan keberadaan virus korona dan manfaat vaksinasi.
“Media atau wartawan mesti yakin korona ini nyata dan vaksin dibutuhkan. Sulit kalau publik ingin informasi baik mengenai korona ini tapi dalam media kita sendiri belum clear. Masih ada pihak yang tak percaya korona dan vaksin. Jadi pertama mesti membangun kesadaran awak redaksi, itu mesti clear,” ujarnya.
Berkaitan dengan pentingnya vaksin, mantan Ketua AJI Kota Jayapura dan mantan Korwil Papua AJI Indonesia ini mengatakan media massa di Papua mesti gencar memberikan vaksinasi. Sebab selama ini, kebanyakan pemberitaan mengenai angka kematian, kesembuhan pasien korona.
“Di Papua selalu banyak isu yang beredar di masyarakat. Paling cepat menyebar di media sosial dan masyarakat yang tahu apa apa percaya saja. Media adalah garda terdepan meminimalisir disinformasi ini,” ucapnya.
Ia menambahkan, untuk memberikan informasi yang benar kepada masyarakat di daerah yang sulit mengakses pemberitaan media, diperlukan peran pihak adat dan gereja.
Sekretaris II Dewan Adat Papua (DAP), John NR Gobai mengatakan berbagai informasi keliru yang berkembang, membuat warga ragu atas kebenaran akan adanya virus korona dan manfaat vaksin.
“Ini karena misinformasi dan disinfomasi yang diterima masyarakat,” kata Gobai.
Menurutnya, untuk itu perlu memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat oleh pihak yang tepat.
“Informasi [bahwa] virus korona ini memang ada, dan bagaimana upaya mencegah penyebaran atau agar tidak terinveksi penyakit yang disebabkan virus ini,” ujarnya. (*)
Editor: Edho Sinaga