Papua No.1 News Portal | Jubi
Sentani, Jubi – Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, mengatakan banyak pemuda kreatif di daerah ini yang bekerja diam-diam, tetapi hasilnya sangat berdampak bagi banyak orang.
Kata Mathius, contoh hasil kerja para pemuda ini seperti Festival Waibhu, Desa Wisata Nasional Kampung Yoboi, Festival Huruakha, dan masih banyak lagi spot-spot wisata bermunculan dan dikunjungi banyak orang di Kabupaten Jayapura.
“Muncul secara tiba-tiba, viral di media sosial dan hasil yang diviralkan itu adalah murni kerja keras anak-anak muda di tempat tersebut,” ujar Bupati Awoitauw di Sentani, Senin (24/1/2022).
Dikatakan, beberapa hari lalu bersama sejumlah komunitas anak muda kreatif dari Kabupaten Jayapura maupun Kota Jayapura, mereka berdiskusi soal pariwisata di Papua bersama tim dari Bappenas.
“Sejumlah ide cerdas telah disampaikan untuk pengembangan wisata yang lebih maju lagi di Papua, pada waktu-waktu mendatang.”
Menurutnya, dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan selama ini dan nikmati oleh banyak orang, adalah hal penting yang tidak dipikirkan oleh orang lain bahkan pemerintah sekalipun. Mereka (kelompok kreatif) bekerja bahkan menggunakan uang sendiri, tanpa ada dukungan dari pihak lain termasuk pemerintah daerah.
“Dari diskusi bersama Bappenas diharapkan ada perencanaan dan penganggaran yang baik untuk pengembangan wisata di Papua,” katanya.
Bupati dua periode ini juga berharap agar dalam setiap pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) baik di kampung, distrik dan kabupaten, generasi muda harus melibatkan diri sehingga ide-ide serta saran dan masukan bisa disampaikan untuk menjadi program kerja.
“Ide kreatif dan kerja nyata yang dilakukan oleh generasi muda saat ini menjadikan masa depan mereka lebih baik,” ucapnya.
Charles Toto, seorang Jungel Chef, secara terpisah mengatakan 20 tahun Otonomi Khusus (Otsus) melalui sebuah regulasi yang ditetapkan, lebih banyak berbicara soal pembangunan infrastruktur dan birokrasi pemerintahan. Sementara pengembangan potensi lokal seperti pariwisata, kuliner, dan potensi SDA lainnya tidak mendapat porsi yang sama, padahal Otsus diperuntukkan bagi Orang Asli Papua (OAP).
“Banyak yang bilang tidak mendapatkan hasil apa-apa dari kehadiran Otsus. Ke depan harus ada perencanaan yang lebih baik, sehingga regulasi secara khusus ketika diterapkan, ada hasil terbaik yang diharapkan,” jelasnya.
Sementara itu, Bili Tokoro pemilik akun Instagram “Pace Kreatif” menjelaskan, ada mimpi-mimpi besar yang terpendam selama ini untuk mewujudkan pariwisata, budaya, dan ekonomi yang benar-benar menjadi kekuatan serta masa depan seluruh masyarakat lokal sebagai pemilik hak ulayat.
“Sumber daya alam yang tersedia, sudah dari sananya diberikan Tuhan kepada kita, untuk dijadikan sesuatu yang benar-benar bersampak bagi banyak orang. Dibutuhkan kepedulian, kemauan yang keras, juga usaha serta kerja sama dengan sesama kita yang terdekat,” ucapnya. (*)
Editor: Kristianto Galuwo