Bumi Papua rumah kita bersama

Ilustrasi penebangan hutan. -Pixabay.com
Ilustrasi penebangan hutan. -Pixabay.com

Papua No. 1 News Portal | Jubi

Oleh: Beni Cf. Bame

Read More

Sinar matahari yang bersinar cerah, rerumputan hijau yang dihiasi dengan bunga matahari, langit biru yang membentang hingga pelosok Papua, dan manusia yang unik mendiami setiap pulau, itulah Papuaku.”

Pada Mei 2015 pemimpin tertinggi umat Katolik di Vatikan (Paus Fransiskus) mengeluarkan ensiklik Laudato Si yang mengajak kita semua untuk menjaga dan merawat alam dari kehancuran.

Ensiklik Laudato Si’ memiliki subjudul On the care for our common home (dalam kepedulian untuk rumah kita bersama). Dalam ensiklik ini Paus mengeritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera”.

Ensiklik tersebut juga mengingatkan kita untuk melihat kembali “tanah Papua sebagai rumah kita bersama”, apalagi Papua saat ini tidak seperti 50 tahun silam.

Berbicara tentang Papua, berarti kita berbicara tentang keindahan, mulai dari sungai yang panjang, gunung yang tinggi dengan salju abadi yang indah. tanah yang subur, dan hutan yang hijau; semua memberikan harapan hidup bagi orang asli Papua.

Orang Papua menganggap tanah sebagai ibu yang memberikan kehidupan bagi semua orang di tanah Papua. Jika tanah dihancurkan, hutan digusur, kotoran sampah dimana-mana, hal demikian menunjukkan bahwa kita tidak menjaga, merawat, dan tidak memperhatikan ibu yang selalu memberikan kita makan selama hidup. Bagimana nasib ibu dan anak-anak ke depan?

Jadi, kita hari ini kehilangan hutan yang cukup besar. Ekspansi industri yang berbasis lahan seperti penebangan hutan, perkebunan sawit, hutan tanaman, dan salah satu proyek ‘ambisius’ negara yang mengancam hutan Papua adalah Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) di Merauke, yang pada tahap pertama hutan yang akan dibuka seluas 228.022 hektare yakni perkebunan sawit milik PT Medco di Manokwari (Sidey) 45.000 ha, perkebunan sawit PT Hendrison Iriana di Kabupaten Sorong (Klamono) 21.500 ha, PT Raja Wali Group/PT Tandan Sawita Papua di Kabupaten Keroom (kampung Yetti) seluas 18.337 ha.

Hampir keseluruhan eksploitasi sumber daya alam Papua, khususnya hutan menjadi semakin tidak terkontrol karena akses yang sulit dan fasilitas yang minim dari pemerintah. Ini juga diperparah dengan prilaku oknum pemerintah yang tidak bijak, sehingga hutan Papua tinggal sedikit, kekayaan alam Papua semakin habis.

Apa yang kita sombongkan tentang Papua saat ini? Hari ini boleh kita mengarahkan konsentrasi kita ke pemerintahan, politik, dan lain-lain, tetapi besok kita akan menyesal dengan kondisi hutan, tanah, ikan, tembaga, emas, minyak dan gas yang akan habis dikeruk oleh orang-orang dari luar, yang sedang menguasi Papua dari berbagai sektor kehidupan.

Fokus pemerintah pusat ke Papua dengan melepaskan berbagai perusahan mulai dari perusahaan kayu, perusahaan tembaga, perusahaan ikan serta perusahaan lain yang setiap waktu beroprasi di Papua. Percaya atau tidak 20 tahun lagi Papua akan mengalami krisis sumberdaya alam di atas tanahnya sendiri.

Setiap perusahaan yang masuk melakukan operasi yang tidak terkontrol, penebangan pohon secara liar, serta kegiatan manusia yang tidak terkontrol untuk merawat bumi sebagai rumah kita bersama.

Bentengi Papua dari ancaman

Upaya penyadaran bagi seluruh masyarakat Papua dengan “stop jual tanah” seperti diserukan mendiang Uskup Timika Mgr Jhon Philip Saklil belum juga menyentuh dan menyebar ke seluruh tanah Papua. Segala yang dilakukan lewat berbagai komunitas yang dilakukan untuk kampanye penyadaran bagi masyarakat Papua untuk menjaga tanah belum juga menyadari semua masyarakat. Hal ini membutikan bahwa orang Papua belum sadar akan warisan hidup (tanah) sebagai ibu yang memberikan kita makan setiap waktu.

Untuk menjauhi kita dari ancaman, maka masyarakat harus sadar bahwa Papua sudah berada dalam ancaman yang cukup serius. Kita tidak bisa tinggal dengan pangku tangan manis untuk membiarkan ancaman ini terjadi. Kita harus keluar dengan melakukan sosialisasi secara terusmenerus, dengan gerakan magis melalui kampanye, selebaran, baliho, dan lain-lain kepada orang Papua. Mari, jaga Papua dari segala ancaman!

Oleh sebab itu, tanah dan hutan serta segala yang ada di bumi Papua akan tinggal jika kita menjaga dan merawat dengan baik melalui fase generasi. Jika generasi kemarin atau masa lalu menghancurkan tanah bagimana dengan generasi hari ini? Tentu akan menjadi ancaman dan generasi besok akan mati serta krisis dengan berbagai kekayaan.

Dengan demikian, orang Papua harus sadar untuk melihat fenomena ini karena ancaman semakin besar bagi hutan, tanah, alam dan manusia di Papua. Sampai kapan pun fenomena ini tidak akan berakhir kalau orang Papua belum sadar, I’m to Believe atas kesadaran orang Papua terkait semua yang terjadi. Mari kita jaga Papua karena bumi Papua sebagai rumah kita bersama. (*)

Penulis adalah mantan Ketua Presidium PMKRI Cabang Jayapura Santo Efrem, 2017-2019.

Editor: Timoteus Marten

Related posts

Leave a Reply