Bencana hidrometeorologi di Papua terus meningkat selama sepuluh tahun terakhir

Papua
Tangkapan layar Sub Koordinator Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Pusat Jakarta, Dr. Agie Wandala Putra, M.Sc menyampaikan materi. Dok. Tangkapan layar Youtube BMKG Papua.

Papua No.1 News Portal | Jubi

Jayapura, Jubi – Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V – Jayapura, Hendro Nugroho mengatakan dalam sepuluh tahun terakhir frekuensi bencana hidrometeorologi di Papua terus meningkat. Hal ini disebabkan perilaku atmosfer yang berubah akibat perubahan iklim global.

Hal itu disampaikan Hendro Nugroho dalam acara seminar ilmiah “Aksi Dini dan Peringatan Dini Untuk Pengurangan Resiko Bencana hidrometeorologi”. Acara ini dilaksanakan secara daring oleh BMKG Wilayah V – Jayapura dalam rangka memperingati Hari Meteorologi Dunia Ke-72, pada Senin (28/03/2022).

Read More

Nugroho mengatakan, cuaca ekstrem semakin sering terjadi, curah hujan yang ekstrem dalam waktu singkat serta adanya lingkungan yang telah tidak berfungsi sebagaimana mestinya menyebabkan becana tak dapat terhindarkan.

“Masih melekat dalam ingatan kita banjir bandang tahun 2019 di Sentani, Kabupaten Jayapura yang menelan korban jiwa dan materil tidak sedikit, begitu juga banjir dan tanah longsor yang terjadi di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura yang baru-baru terjadi di awal Januari 2022,”

Menurut Nugroho, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim menjadi perpaduan utama penyebab bencana yang menelan korban jiwa dan materil.

Papua
Tangkapan layar seminar ilmiah “Aksi Dini dan Peringatan Dini Untuk Pengurangan Resiko Bencana hidrometeorologi”. Dok. Tangkapan Youtube BMKG Papua.

Menurutnya wilayah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Nabire merupakan wilayah yang paling tinggi mengalami bencana hidrometeorologi di Provinsi Papua.

“Ancamana bencana hidrometeorologi akan semakin tinggi apabila manajemen pengeolalaan lingkungan tidak dapat dilakukan secara baik. Pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada pengurangan risiko harus segera dilakukan untuk mencegah bencana yang lebih besar di kemudian hari,”

Nugroho mengatakan, dalam mengurangi risiko bencana BMKG hadir memberikan edukasi informasi terkait bencana gempa bumi, tsunami melalui sekolah lapang gempa bumi. Sedangkan di sektor kelautan dan wilayah pesisir BMKG juga mengembangkan sekolah lapang cuaca nelayan.

Sub Koordinator Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Pusat Jakarta, Dr. Agie Wandala Putra, M.Sc mengatakan wilayah Papua dan Papua Barat memilik area atau distribusi hujan terbesar di Indonesia.

Distribusi hujan yang cukup tinggi dengan kondisi alam yang masih baik ini membantu mitigasi bencana tetapi justru sudah memulai kewaspadaan terkait risiko penambahan eksposur kerentanan semakin meningkat. (*)

Editor: Edho Sinaga

Related posts

Leave a Reply