Papua No.1 News Portal | Jubi
Nabire, Jubi – Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka untuk seluruh jenjang pendidikan di Kabupaten Nabire, Papua, segera berlangsung, terkecuali Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal atau 3T yang selama ini sudah melaksanakannya.
“Jadi mulai tanggal 31 KBM sudah harus berjalan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Nabire, Yulianus Pasang di Nabire, Senin
(30/8/2021).
Namun kata Pasang, belum tentu semua sekolah akan melaksanakan KBM di
hari yang sama, mengingat ada pelatihan untuk sekolah-sekolah yang juga sedang dilangsungkan kepada guru-guru oleh Disdik.
Menurutnya, kesiapan untuk tatap muka disesuaikan dengan sekolah
masing-masing. Pasang berharap sekolah-sekolah untuk segera mempersiapkan belajar tatap muka, paling lambat pekan depan.
”Kalau instruksi Disdik mulainya tanggal 31. tapi kembali lagi ke sekolahnya apakah sudah siap atau belum,” tuturnya.
Pasang menjelaskan, untuk belajar tatap muka khususnya untuk Sekolah di jenjang
Taman Kanak-kanak jumlahnya 32 persen. Sedangkan bagi SD, SMP dan SMA harus 50 persen. Sehingga, bukan hanya siswanya masuk sekolah 50 persen akan tetapi
materi atau pelajarannya juga diharuskan 50 persen.
Menurutnya, proses pembelajaran
nantinya dimulai Pukul 07.30 WP dan pulangnya pukul 12.00 WP.
“Tapi dari pantauan Disdik baik Kadis, pengawas serta bidang, hampir
kebanyakan sekolah sudah siap (Prokes). Memang belum semua kami turun pantau
karena pemantauannya bertahap dari sekolah yang satu ke sekolah yang
lain, dan kami sedang melaksanakan pantauan itu,” jelasnya.
Sedangkan untuk vaksin covid-19 terhadap guru dan siswa, sebenarnya harapan dari Pemerintah Pusat, Provinsi hingga Kabupaten/Kota, seharusnya seluruh masyarakat mendapatkan vaksin, tidak terkecuali siswa-siswi berumur 12 tahun ke atas. Sebab tujuan pemberian vaksin adalah untuk melindungi diri dari penyakit covid-19.
Sebab faktanya, kebanyakan guru di Nabire yang telah mendapatkan vaksin telah mencapai 90 persen, sementara yang belum hanya mereka (guru) yang belum diperbolehkan akibat dari penyakit komorbid.
“Sedangkan untuk anak sekolah memang tidak dipaksakan. Akan tetapi ini butuh kesadaran, sebab jika semua divaksin maka sekolah tidak akan membagi persesi dalam proses belajarnya. Artinya tidak ada pemisahan antara yang sudah di vaksin dan yang belum,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Sekolah SMP Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) Immanuel Nabire, Yetti P. Korowa mengatakan, sekolahnya belum dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka. Sebab sebagian besar anak didiknya belum di vaksin, sehingga proses belajar daring atau online masih terus berlangsung.
“Intinya orangtua yang bawa anaknya untuk vaksin sendiri, harus ada kesepakatan dulu antara sekolah dan orang tua. Tapi untuk persiapan tatap muka dari sekolah, kalau guru sudah vaksin, hanya yang belum adalah mereka (guru) yang memiliki penyakit
bawaan,” kata Korowa. (*)
Editor: Edho Sinaga